Penelitian yang dilaksanakan oleh Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat menunjukkan bahwa perubahan warna alami kuku kemungkinan menandakan risiko seseorang mengalami kanker.
Hasil penelitian itu menyebutkan, adanya onychopapilloma atau kelainan kuku yang ditandai dengan pita berwarna putih atau merah di sepanjang kuku dan penebalan kuku dapat menyebabkan sindrom predisposisi tumor BAP1.
Menurut siaran Medical Daily pada Senin (20/5), sindrom predisposisi tumor BAP1 merupakan kelainan bawaan langka yang berhubungan dengan peningkatan risiko tumor kanker pada kulit, mata, ginjal dan mesothelium yang melapisi dada dan perut.
"Temuan ini langka terlihat dalam populasi umum, dan kami yakin adanya perubahan pada kuku yang mengindikasikan onychopapillomas pada sejumlah kuku semestinya mendorong pertimbangan diagnosis sindrom predisposisi tumor BAP1," kata Dr. Edward Cowen, salah satu penulis hasil penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, para peneliti merekomendasikan pemeriksaan kuku pada pasien-pasien dengan riwayat melanoma atau potensi keganasan yang dihubungkan dengan BAP1.
"Penemuan ini adalah contoh sangat baik tentang bagaimana tim multidisiplin dan studi sejarah alam dapat mengungkap wawasan tentang penyakit langka," kata Dr. Rafit Hassan, salah satu penulis senior hasil studi.
Temuan penelitian yang dipublikasikan di Jama Network tersebut diperoleh setelah tim mengevaluasi kelainan kuku pada 47 orang yang terdaftar di Pusat Klinis Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat untuk skrining varian BAP1. Pesertanya berasal dari 35 keluarga.
"Ketika ditanya tentang kesehatan kuku dalam penilaian genetik dasar, satu pasien melaporkan bahwa dia memperhatikan perubahan halus pada kukunya. Komentarnya mendorong kami untuk secara sistematis mengevaluasi perubahan kuku peserta lain dan mengungkap temuan baru ini," kata Alexandra Lebensohn, salah satu penulis hasil riset dari Institut Kanker Nasional Amerika Serikat.
Para peneliti kemudian berusaha memastikan dugaan onychopapiloma pada peserta dengan melakukan biopsi.
Onychopapiloma biasanya hanya berpengaruh pada satu kuku. Namun, kondisi itu terjadi pada banyak kuku pada lebih dari 88 persen peserta penelitian dengan sindrom disposisi tumor BAP 1 yang berusia 30 tahun ke atas.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Hasil penelitian itu menyebutkan, adanya onychopapilloma atau kelainan kuku yang ditandai dengan pita berwarna putih atau merah di sepanjang kuku dan penebalan kuku dapat menyebabkan sindrom predisposisi tumor BAP1.
Menurut siaran Medical Daily pada Senin (20/5), sindrom predisposisi tumor BAP1 merupakan kelainan bawaan langka yang berhubungan dengan peningkatan risiko tumor kanker pada kulit, mata, ginjal dan mesothelium yang melapisi dada dan perut.
"Temuan ini langka terlihat dalam populasi umum, dan kami yakin adanya perubahan pada kuku yang mengindikasikan onychopapillomas pada sejumlah kuku semestinya mendorong pertimbangan diagnosis sindrom predisposisi tumor BAP1," kata Dr. Edward Cowen, salah satu penulis hasil penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, para peneliti merekomendasikan pemeriksaan kuku pada pasien-pasien dengan riwayat melanoma atau potensi keganasan yang dihubungkan dengan BAP1.
"Penemuan ini adalah contoh sangat baik tentang bagaimana tim multidisiplin dan studi sejarah alam dapat mengungkap wawasan tentang penyakit langka," kata Dr. Rafit Hassan, salah satu penulis senior hasil studi.
Temuan penelitian yang dipublikasikan di Jama Network tersebut diperoleh setelah tim mengevaluasi kelainan kuku pada 47 orang yang terdaftar di Pusat Klinis Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat untuk skrining varian BAP1. Pesertanya berasal dari 35 keluarga.
"Ketika ditanya tentang kesehatan kuku dalam penilaian genetik dasar, satu pasien melaporkan bahwa dia memperhatikan perubahan halus pada kukunya. Komentarnya mendorong kami untuk secara sistematis mengevaluasi perubahan kuku peserta lain dan mengungkap temuan baru ini," kata Alexandra Lebensohn, salah satu penulis hasil riset dari Institut Kanker Nasional Amerika Serikat.
Para peneliti kemudian berusaha memastikan dugaan onychopapiloma pada peserta dengan melakukan biopsi.
Onychopapiloma biasanya hanya berpengaruh pada satu kuku. Namun, kondisi itu terjadi pada banyak kuku pada lebih dari 88 persen peserta penelitian dengan sindrom disposisi tumor BAP 1 yang berusia 30 tahun ke atas.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024