Jakarta (Antara Babel) - Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) memamerkan
replika gerbong kereta yang menyelamatkan Soekarno, Hatta, dan beberapa
tokoh lain dari ancaman Belanda pada 3 Januari 1946.
"Mereka diancam dibunuh, suasana mencekam, maka disiapkan kereta untuk membawa mereka ke Yogyakarta. Kereta berjalan mundur dari stasiun Manggarai ke Cikini tepatnya di belakang rumah Soekarno. Selama pejalanan menuju Yogyakarta, kereta berjalan pelan, tak ada satu pun penerangan, seolah-olah sedang tidak ditumpangi," kata sejarawan Rushdy Hoesein saat menerangkan replika gerbong kereta tersebut di GFJA, Jakarta, Jumat malam.
Dia mengatakan sesampainya di Bekasi, barulah lampu-lampu di kereta dihidupkan karena situasi sudah aman. Selain itu, kereta tersebut menggunakan lokomotif tercanggih pada masanya.
Direktur GFJA sekaligus kurator pameran bertajuk "71th RI Bingkisan Revolusi" tersebut Oscar Motuloh mengatakan replika tersebut adalah sumbangan dari Museum Angkut dan merupakan primadona pameran tersebut.
GFJA sendiri telah tujuh kali melakukan pameran yang menceritakan masa-masa Proklamasi.
Tak hanya replika dan juga fotografi, pameran itu juga menampilkan tulisan tangan teks Proklamasi, dokumen orang terkemuka pada masa itu, komik, pamflet, serta poster.
Materi pameran yang mengambil rentang waktu 1945-1950 didapatkan dari kantor berita IPPHOS untuk foto-foto, Museum Bronbeek untuk materi dari Belanda, dan filateli dari Perhimpunan Filateli Indonesia.
"Untuk menyiapkan pameran ini dibutuhkan waktu tiga bulan, sementara pengumpulan materi sudah dilakukan dari jauh-jauh hari," kata dia.
Tidak hanya dari sisi Indonesia, di sini juga ditampilkan dari sisi para pemuda Belanda yang dikirim ke Indonesia.
Hal itu, menurut Oscar menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak didapat begitu saja dan negeri ini dibangun dengan perspektif kemerdekaan oleh para pemuda pada masa itu.
Menggunakan sumber primer adalah salah satu hal yang cukup sulit dilakukan dalam melaksanakan acara tersebut, namun Oscar menilai menggunakan sumber primer adalah hal penting.
"Terutama untuk fotografi, menggunakan sumber primer maka kita menghargai para perintis negeri untuk membangun Republik Indonesia," kata dia.
Seluruh materi pameran yang berjumlah 253 itu juga dibukukan. Menurut Oscar hal itu adalah upaya untuk merawat kemerdekaan.
Pameran ini berlangsung sebulan penuh dari 19 Agustus hingga 19 September.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Mereka diancam dibunuh, suasana mencekam, maka disiapkan kereta untuk membawa mereka ke Yogyakarta. Kereta berjalan mundur dari stasiun Manggarai ke Cikini tepatnya di belakang rumah Soekarno. Selama pejalanan menuju Yogyakarta, kereta berjalan pelan, tak ada satu pun penerangan, seolah-olah sedang tidak ditumpangi," kata sejarawan Rushdy Hoesein saat menerangkan replika gerbong kereta tersebut di GFJA, Jakarta, Jumat malam.
Dia mengatakan sesampainya di Bekasi, barulah lampu-lampu di kereta dihidupkan karena situasi sudah aman. Selain itu, kereta tersebut menggunakan lokomotif tercanggih pada masanya.
Direktur GFJA sekaligus kurator pameran bertajuk "71th RI Bingkisan Revolusi" tersebut Oscar Motuloh mengatakan replika tersebut adalah sumbangan dari Museum Angkut dan merupakan primadona pameran tersebut.
GFJA sendiri telah tujuh kali melakukan pameran yang menceritakan masa-masa Proklamasi.
Tak hanya replika dan juga fotografi, pameran itu juga menampilkan tulisan tangan teks Proklamasi, dokumen orang terkemuka pada masa itu, komik, pamflet, serta poster.
Materi pameran yang mengambil rentang waktu 1945-1950 didapatkan dari kantor berita IPPHOS untuk foto-foto, Museum Bronbeek untuk materi dari Belanda, dan filateli dari Perhimpunan Filateli Indonesia.
"Untuk menyiapkan pameran ini dibutuhkan waktu tiga bulan, sementara pengumpulan materi sudah dilakukan dari jauh-jauh hari," kata dia.
Tidak hanya dari sisi Indonesia, di sini juga ditampilkan dari sisi para pemuda Belanda yang dikirim ke Indonesia.
Hal itu, menurut Oscar menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak didapat begitu saja dan negeri ini dibangun dengan perspektif kemerdekaan oleh para pemuda pada masa itu.
Menggunakan sumber primer adalah salah satu hal yang cukup sulit dilakukan dalam melaksanakan acara tersebut, namun Oscar menilai menggunakan sumber primer adalah hal penting.
"Terutama untuk fotografi, menggunakan sumber primer maka kita menghargai para perintis negeri untuk membangun Republik Indonesia," kata dia.
Seluruh materi pameran yang berjumlah 253 itu juga dibukukan. Menurut Oscar hal itu adalah upaya untuk merawat kemerdekaan.
Pameran ini berlangsung sebulan penuh dari 19 Agustus hingga 19 September.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016