Sakit jantung adalah kondisi saat organ jantung mengalami masalah tertentu. Beberapa penyakit yang umum menyerang jantung, seperti gangguan pembuluh darah jantung, irama jantung, katup jantung, atau gangguan akibat bawaan lahir. Ketika mengalami sejumlah kondisi tersebut, konsumsi obat harus dilakukan secara rutin guna mencegah komplikasi penyakit jantung yang membahayakan nyawa.
Penyakit jantung sudah pasti memicu gangguan pada fungsi organ jantung itu sendiri. Salah satu langkah penanganan yang biasa dilakukan dokter adalah memberikan obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka panjang. Tujuannya adalah menurunkan risiko terjadinya komplikasi penyakit jantung. Jika melewatkan jam rutin minum obat atau bahkan sering tidak mengonsumsinya, maka sejumlah komplikasi berikut bisa saja terjadi:
1. Gagal jantung
2. Serangan jantung
3. Penyakit stroke
4. Henti jantung
5. Penyakit Arteri Perifer
6. Aneurisma
Kepatuhan adalah perilaku untuk menaati saran dari dokter atau prosedur tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului dengan cara konsultasi antara pasien dengan dokter sebagai penyedia jasa medis (Toulasik, 2017).
Ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan obat jantung dapat diatasi melalui beberapa pendekatan, seperti Edukasi Pasien yaitu dengan memberikan pemahaman yang jelas tentang pentingnya kepatuhan dalam mengonsumsi obat, manfaat jangka panjang, serta risiko yang dihadapi jika tidak patuh. Edukasi yang baik membuat pasien lebih sadar akan konsekuensi. Lalu bisa juga dengan memberikan motivasi terhadap pasien agar tetap mematuhi selama masa pengobatan agar tidak terjadi kelalaian terhadap penggunaan obatnya.
Masih banyak orang-orang di luar sana yang masih tidak patuh terhadap penggunaan obat jantung terutama pada orang tua atau orang lanjut usia, kepatuhan dalam penggunaan obat jantung sudah di resepkan oleh dokter dan itu sangat penting sekali untuk di perhatikan karena akan berdampak pada kesehatan jangka panjang, mungkin ada banyak orang yang berfikir bahwa pada saat tidak mengkonsumsi obat jantung secara rutin kondisi tubuhnya masih baik-baik saja, padahal penyakit jantung itu tidak bisa disembuhkan total dan perlu di kontrol setiap harinya.
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan penderita gagal jantung harus menerapkan beberapa hal seperti beristirahat dengan cukup, berolahraga yang tidak berlebihan, melaksanakan terapi pengobatan sesuai anjuran dokter, serta mengatur beban kerja yang dilakukan setiap hari. Dan mendapatkan dukungan dari keluarga Apabila penderita gagal jantung dapat menerapkan sikap yang baik dalam menyikapi penyakit tersebut maka kekambuhan gagal jantung dapat dicegah, tetapi pada kenyataannya mereka tidak mengetahui hal-hal tersebut dan cenderung meremehkan.(Hidayah and Wahyuningtyas, 2018)
Kambuh didefinisikan sebagai berulangnya atau kambuhnya gejala penyakit serupa yang telah terjadi atau dialami sebelumnya. Pasien gagal jantung yang sering kembali dirawat inap ulang di rumah sakit karena adanya kekambuhan. Kebanyakan kekambuhan gagal jantung kongestif terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang dianjurkan misalnya, melanggar pembatasan diet, melakukan aktifitas fisik yang berlebihan dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan. (Febtrina dan Nurhayati, 2017)
Tanda-tanda utama serangan jantung adalah sebagai berikut (Oktavianus, 2014) :
1. Rasa nyeri di dalam dada
Rasa nyeri dalam dada atau infark miokard ini dikarenakan pembuluh nadi coroner tersumbat akibat pembekuan darah. Pada umunya perasaan ini terjadi di bagian depan dada pada tulang dada (sternum), dari sana perasaan tersebut akan menyebar ke seluruh dada khususnya di bagian lengan kiri. Rasa sakit tersebut seperti mengejang seperti ada tekanan berat.
2. Shock
Shock adalah hal yang umum terjadi pada orang yang mengalami infark dan terjadi pada setiap tahap. Dalam serangan jantung yang ringan, shock itu akan terjadi secara ringan dan hanya sebentar. Shock dapat meningkat menjadi shock cardiac pada keadaan yang lebih parah. Gejala umum shock adalah rasa lemah, pusing, berkeringat, muntah-muntah, pucat kebiru-biruan dan bahkan pingsan.
3. Gejala gagal jantung
Gejala kegagalan jantung ini terjadi karena jantung tidak mampu melakukan tugasnya secara normal. Gejala yang terjadi telah dijelaskan diatas yaitu kesulitan untuk bernafas (dyspnea). Dyspnea sering disertai asma cardiac (asma jantung yang disebabkan karena kegagalan ventrikel kiri). Ini berarti bahwa darah tidak dapat dipompakan melalui paru-paru, sehingga ada desakan yang lebih besar untuk mencukupkan nafas ke seluruh sistem tersebut. Selain itu ketidakteraturan nafas juga sering terjadi.
4. Ketidakteraturan denyut jantung
Ketidakteraturan denyut jantung timbul karena kontraksi dini jantung yang bebas dari irama jantung normal juga sering terjadi. Hal ini akan diikuti dengan denyut jantung yang terus tidak teratur baik kecepatannya maupun kekuatannya.
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya. Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu mengobati penyakit penyebab gagal jantung, menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung dan mengobati gagal jantung. Tujuan pengobatan gagal jantung adalah untuk mengurangi gejala-gejala gagal jantung sehingga memperbaiki kualitas hidup penderita. Cara dan golongan obat yang dapat diberikan antara lain mengurangi penumpukan cairan (dengan pemberian diuretik), menurunkan resistensi perifer (pemberian vasodilator), memperkuat daya kontraksi miokard (pemberian inotropik). (Wulandari, 2017)
• Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan dan menguntungkan bagi pasien gagal jantung yaitu olahraga, diet, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pembatasan aktivitas dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi fisik, sehingga aktivitas fisik harus didorong. Namun, pembatasan kegiatan yang sesuai selama eksaserbasi gagal jantung akut dan pada pasien dengan dugaan miokarditis. Pasien tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas fisik yang berat dan olahraga lengkap. Pasien gagal jantung dianjurkan untuk membatasi aktivitas fisik sesuai dengan beratnya keluhan yang dirasakan (kelas fungisional) Selain itu, pasien dengan gagal jantung dianjurkan untuk diet rendah garam, pembatasan asupan cairan pada pasien dengan retensi cairan, pada pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas harus diberi diet yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid, dan berat badan (Ponco, 2013)
• Terapi Farmakologi
Sesuai dengan American Heart Association (AHA), pasien pada kelas A untuk terapi yang di sarankan adalah dengan melakukan kontrol terhadap faktor resiko dari gagal jantung, obat-obatan yang di sarankan yaitu golongan ACE (Angiotensin Converting Enzyne) inhibitor, dan ARB (Angiotensin Reseptor Blocker). Pada pasien kelas B, terapi yang disarankan yaitu obat-obatan golongan ACE (Angiotensin Converting Enzyne) inhibitor,
ARB (Angiotensin Reseptor Blocker), dan β-Blocker. Kemudian pada pasien kelas C, terapi yang disarankan yaitu obat-obatan golongan ACE (Angiotensin Converting Enzyne) inhibitor, ARB (Angiotensin Reseptor Blocker), β-Blocker, Digoxin, Diuretik, dan ISDN. Serta terapi pada pasien kelas D yaitu adanya dukungan sirkulasi mekanik, IV (Intra Vena) Inotropik Positif, dan transplantasi jantung (Wulandari, 2017)
*) Penulis adalah Muhammad Farhan Kamal, mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Penyakit jantung sudah pasti memicu gangguan pada fungsi organ jantung itu sendiri. Salah satu langkah penanganan yang biasa dilakukan dokter adalah memberikan obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka panjang. Tujuannya adalah menurunkan risiko terjadinya komplikasi penyakit jantung. Jika melewatkan jam rutin minum obat atau bahkan sering tidak mengonsumsinya, maka sejumlah komplikasi berikut bisa saja terjadi:
1. Gagal jantung
2. Serangan jantung
3. Penyakit stroke
4. Henti jantung
5. Penyakit Arteri Perifer
6. Aneurisma
Kepatuhan adalah perilaku untuk menaati saran dari dokter atau prosedur tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului dengan cara konsultasi antara pasien dengan dokter sebagai penyedia jasa medis (Toulasik, 2017).
Ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan obat jantung dapat diatasi melalui beberapa pendekatan, seperti Edukasi Pasien yaitu dengan memberikan pemahaman yang jelas tentang pentingnya kepatuhan dalam mengonsumsi obat, manfaat jangka panjang, serta risiko yang dihadapi jika tidak patuh. Edukasi yang baik membuat pasien lebih sadar akan konsekuensi. Lalu bisa juga dengan memberikan motivasi terhadap pasien agar tetap mematuhi selama masa pengobatan agar tidak terjadi kelalaian terhadap penggunaan obatnya.
Masih banyak orang-orang di luar sana yang masih tidak patuh terhadap penggunaan obat jantung terutama pada orang tua atau orang lanjut usia, kepatuhan dalam penggunaan obat jantung sudah di resepkan oleh dokter dan itu sangat penting sekali untuk di perhatikan karena akan berdampak pada kesehatan jangka panjang, mungkin ada banyak orang yang berfikir bahwa pada saat tidak mengkonsumsi obat jantung secara rutin kondisi tubuhnya masih baik-baik saja, padahal penyakit jantung itu tidak bisa disembuhkan total dan perlu di kontrol setiap harinya.
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan penderita gagal jantung harus menerapkan beberapa hal seperti beristirahat dengan cukup, berolahraga yang tidak berlebihan, melaksanakan terapi pengobatan sesuai anjuran dokter, serta mengatur beban kerja yang dilakukan setiap hari. Dan mendapatkan dukungan dari keluarga Apabila penderita gagal jantung dapat menerapkan sikap yang baik dalam menyikapi penyakit tersebut maka kekambuhan gagal jantung dapat dicegah, tetapi pada kenyataannya mereka tidak mengetahui hal-hal tersebut dan cenderung meremehkan.(Hidayah and Wahyuningtyas, 2018)
Kambuh didefinisikan sebagai berulangnya atau kambuhnya gejala penyakit serupa yang telah terjadi atau dialami sebelumnya. Pasien gagal jantung yang sering kembali dirawat inap ulang di rumah sakit karena adanya kekambuhan. Kebanyakan kekambuhan gagal jantung kongestif terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang dianjurkan misalnya, melanggar pembatasan diet, melakukan aktifitas fisik yang berlebihan dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan. (Febtrina dan Nurhayati, 2017)
Tanda-tanda utama serangan jantung adalah sebagai berikut (Oktavianus, 2014) :
1. Rasa nyeri di dalam dada
Rasa nyeri dalam dada atau infark miokard ini dikarenakan pembuluh nadi coroner tersumbat akibat pembekuan darah. Pada umunya perasaan ini terjadi di bagian depan dada pada tulang dada (sternum), dari sana perasaan tersebut akan menyebar ke seluruh dada khususnya di bagian lengan kiri. Rasa sakit tersebut seperti mengejang seperti ada tekanan berat.
2. Shock
Shock adalah hal yang umum terjadi pada orang yang mengalami infark dan terjadi pada setiap tahap. Dalam serangan jantung yang ringan, shock itu akan terjadi secara ringan dan hanya sebentar. Shock dapat meningkat menjadi shock cardiac pada keadaan yang lebih parah. Gejala umum shock adalah rasa lemah, pusing, berkeringat, muntah-muntah, pucat kebiru-biruan dan bahkan pingsan.
3. Gejala gagal jantung
Gejala kegagalan jantung ini terjadi karena jantung tidak mampu melakukan tugasnya secara normal. Gejala yang terjadi telah dijelaskan diatas yaitu kesulitan untuk bernafas (dyspnea). Dyspnea sering disertai asma cardiac (asma jantung yang disebabkan karena kegagalan ventrikel kiri). Ini berarti bahwa darah tidak dapat dipompakan melalui paru-paru, sehingga ada desakan yang lebih besar untuk mencukupkan nafas ke seluruh sistem tersebut. Selain itu ketidakteraturan nafas juga sering terjadi.
4. Ketidakteraturan denyut jantung
Ketidakteraturan denyut jantung timbul karena kontraksi dini jantung yang bebas dari irama jantung normal juga sering terjadi. Hal ini akan diikuti dengan denyut jantung yang terus tidak teratur baik kecepatannya maupun kekuatannya.
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya. Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu mengobati penyakit penyebab gagal jantung, menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung dan mengobati gagal jantung. Tujuan pengobatan gagal jantung adalah untuk mengurangi gejala-gejala gagal jantung sehingga memperbaiki kualitas hidup penderita. Cara dan golongan obat yang dapat diberikan antara lain mengurangi penumpukan cairan (dengan pemberian diuretik), menurunkan resistensi perifer (pemberian vasodilator), memperkuat daya kontraksi miokard (pemberian inotropik). (Wulandari, 2017)
• Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan dan menguntungkan bagi pasien gagal jantung yaitu olahraga, diet, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pembatasan aktivitas dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi fisik, sehingga aktivitas fisik harus didorong. Namun, pembatasan kegiatan yang sesuai selama eksaserbasi gagal jantung akut dan pada pasien dengan dugaan miokarditis. Pasien tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas fisik yang berat dan olahraga lengkap. Pasien gagal jantung dianjurkan untuk membatasi aktivitas fisik sesuai dengan beratnya keluhan yang dirasakan (kelas fungisional) Selain itu, pasien dengan gagal jantung dianjurkan untuk diet rendah garam, pembatasan asupan cairan pada pasien dengan retensi cairan, pada pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas harus diberi diet yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid, dan berat badan (Ponco, 2013)
• Terapi Farmakologi
Sesuai dengan American Heart Association (AHA), pasien pada kelas A untuk terapi yang di sarankan adalah dengan melakukan kontrol terhadap faktor resiko dari gagal jantung, obat-obatan yang di sarankan yaitu golongan ACE (Angiotensin Converting Enzyne) inhibitor, dan ARB (Angiotensin Reseptor Blocker). Pada pasien kelas B, terapi yang disarankan yaitu obat-obatan golongan ACE (Angiotensin Converting Enzyne) inhibitor,
ARB (Angiotensin Reseptor Blocker), dan β-Blocker. Kemudian pada pasien kelas C, terapi yang disarankan yaitu obat-obatan golongan ACE (Angiotensin Converting Enzyne) inhibitor, ARB (Angiotensin Reseptor Blocker), β-Blocker, Digoxin, Diuretik, dan ISDN. Serta terapi pada pasien kelas D yaitu adanya dukungan sirkulasi mekanik, IV (Intra Vena) Inotropik Positif, dan transplantasi jantung (Wulandari, 2017)
*) Penulis adalah Muhammad Farhan Kamal, mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024