Ribuan pemedek atau umat di sekitar Kota Denpasar merayakan Hari Raya Galungan atau kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan) di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Bali, Rabu.
Pemangku Jan Banggul Pura Agung Jagatnatha Denpasar Ida Bagus Saskara saat ditemui di sela-sela upacara mengatakan puncak kedatangan pemedek pada perayaan Galungan yang jatuh pada Buda Kliwon Dungulan di Pura yang ada di jantung Kota Denpasar itu diperkirakan terjadi pada siang nanti.
"Sudah dari tadi pagi sekitar jam 07:00 Wita masyarakat sudah hadir untuk melakukan persembahyangan, sepertinya sampai siang nanti pun puncak kehadiran masyarakat yang sembahyang akan lebih banyak lagi," kata Askara.
Menurut keterangan Saskara, umat yang hadir pada pagi hari mencapai lebih dari 500 orang, sementara umat yang datang pada sore hari bisa mencapai 1.000 orang bahkan lebih. Karena areal Pura Agung Jagatnatha terbatas, maka waktu untuk berdoa kepada Sang Hyang Widhi Wasa dibatasi sesuai kapasitas pura. Ibadah di tempat itu pun dipandu oleh beberapa pemangku yang sudah dibagikan. Adapun ibadah dibagi menjadi tiga sesi mulai pagi pukul 09.00 Wita, hingga berakhir pada sesi malam pukul 22.00 Wita.
Dalam pantauan ANTARA di lapangan, para pemedek yang merayakan Galungan di Pura Agung Jagatnatha Denpasar sudah terlihat memadati area pura. Sekitar pukul 11.00 Wita, tampak antrian panjang di luar pintu masuk pura yang menunggu jadwal persembahyangan. Sebanyak 12 orang pecalang (pengamanan desa adat) yang bertugas pun berjaga di pintu masuk untuk mengatur lalu lintas keluar masuk bagi pemedek.
Di sekitar Pura Agung Jagatnatha tampak dihiasi penjor, tedung dan pernak-pernik sakral lainnya yang didominasi warna kuning dan putih. Hiasan sakral itu dimaknai sebagai Dharma dan Adharma, yang melambangkan kebaikan dan keburukan.
Saskara mengatakan perayaan Galungan menjadi momentum untuk berbenah diri, menjaga persatuan antara umur di tengah situasi Pilkada Bali.
"Harapannya pelaksanaan Galungan ini merupakan suatu momen yang sangat baik apalagi dikaitkan dengan Pilkada Bali, ayo bersama-sama calon pemimpin masyarakat yang ada di Bali melakukan persembahyangan sehingga semuanya jadi lebih dekat. Mari kita rayakan Galungan dengan suka cita," katanya.
Dia menjelaskan, rata-rata pemedek yang hadir pada pagi hingga siang hari di Pura Agung Jagatnatha Denpasar merupakan masyarakat yang bukan asli Denpasar. Karena, ada kebiasaan masyarakat untuk melakukan persembahyangan di kampung halaman setelah melakukan persembahyangan di pura dekat tempat tinggal agar sore harinya bisa pulang ke kampung untuk merayakan Galungan di kampung halaman asal.
Tata (29), seorang pemedek asal Mambal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung bersama adiknya mengaku memilih Pura Agung Jagatnatha untuk bersembahyang karena ingin mendapatkan suasana khusus di Hari Raya Galungan.
"Di hari yang suci ini dapat keberkahan, keselamatan, rejeki oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa," katanya.
Sementara itu, Wayan Sudra (39) pria asli Ubud kelahiran Denpasar itu mengikuti persembahyangan di Pura Agung Jaganatha sebelum pulang ke kampung halamannya di Ubud.
Dia sendiri mengaku melakukan persembahyangan di tiga tempat di Pura Dalem, di Pura Agung Jagatnatha dan Pura Desa. Dia mengatakan karena sifatnya yang padma sane, terbuka untuk umum maka ia datang ke Pura Agung Jagatnatha Denpasar.
"Harapannya agar masyarakat lebih tentram, apalagi tahun politik ya bisa lebih tentram tidak ada gejolak agar setiap orang menjalani kehidupannya dengan tenang. Siapapun pemimpinnya pastikan keamanan masyarakat," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Pemangku Jan Banggul Pura Agung Jagatnatha Denpasar Ida Bagus Saskara saat ditemui di sela-sela upacara mengatakan puncak kedatangan pemedek pada perayaan Galungan yang jatuh pada Buda Kliwon Dungulan di Pura yang ada di jantung Kota Denpasar itu diperkirakan terjadi pada siang nanti.
"Sudah dari tadi pagi sekitar jam 07:00 Wita masyarakat sudah hadir untuk melakukan persembahyangan, sepertinya sampai siang nanti pun puncak kehadiran masyarakat yang sembahyang akan lebih banyak lagi," kata Askara.
Menurut keterangan Saskara, umat yang hadir pada pagi hari mencapai lebih dari 500 orang, sementara umat yang datang pada sore hari bisa mencapai 1.000 orang bahkan lebih. Karena areal Pura Agung Jagatnatha terbatas, maka waktu untuk berdoa kepada Sang Hyang Widhi Wasa dibatasi sesuai kapasitas pura. Ibadah di tempat itu pun dipandu oleh beberapa pemangku yang sudah dibagikan. Adapun ibadah dibagi menjadi tiga sesi mulai pagi pukul 09.00 Wita, hingga berakhir pada sesi malam pukul 22.00 Wita.
Dalam pantauan ANTARA di lapangan, para pemedek yang merayakan Galungan di Pura Agung Jagatnatha Denpasar sudah terlihat memadati area pura. Sekitar pukul 11.00 Wita, tampak antrian panjang di luar pintu masuk pura yang menunggu jadwal persembahyangan. Sebanyak 12 orang pecalang (pengamanan desa adat) yang bertugas pun berjaga di pintu masuk untuk mengatur lalu lintas keluar masuk bagi pemedek.
Di sekitar Pura Agung Jagatnatha tampak dihiasi penjor, tedung dan pernak-pernik sakral lainnya yang didominasi warna kuning dan putih. Hiasan sakral itu dimaknai sebagai Dharma dan Adharma, yang melambangkan kebaikan dan keburukan.
Saskara mengatakan perayaan Galungan menjadi momentum untuk berbenah diri, menjaga persatuan antara umur di tengah situasi Pilkada Bali.
"Harapannya pelaksanaan Galungan ini merupakan suatu momen yang sangat baik apalagi dikaitkan dengan Pilkada Bali, ayo bersama-sama calon pemimpin masyarakat yang ada di Bali melakukan persembahyangan sehingga semuanya jadi lebih dekat. Mari kita rayakan Galungan dengan suka cita," katanya.
Dia menjelaskan, rata-rata pemedek yang hadir pada pagi hingga siang hari di Pura Agung Jagatnatha Denpasar merupakan masyarakat yang bukan asli Denpasar. Karena, ada kebiasaan masyarakat untuk melakukan persembahyangan di kampung halaman setelah melakukan persembahyangan di pura dekat tempat tinggal agar sore harinya bisa pulang ke kampung untuk merayakan Galungan di kampung halaman asal.
Tata (29), seorang pemedek asal Mambal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung bersama adiknya mengaku memilih Pura Agung Jagatnatha untuk bersembahyang karena ingin mendapatkan suasana khusus di Hari Raya Galungan.
"Di hari yang suci ini dapat keberkahan, keselamatan, rejeki oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa," katanya.
Sementara itu, Wayan Sudra (39) pria asli Ubud kelahiran Denpasar itu mengikuti persembahyangan di Pura Agung Jaganatha sebelum pulang ke kampung halamannya di Ubud.
Dia sendiri mengaku melakukan persembahyangan di tiga tempat di Pura Dalem, di Pura Agung Jagatnatha dan Pura Desa. Dia mengatakan karena sifatnya yang padma sane, terbuka untuk umum maka ia datang ke Pura Agung Jagatnatha Denpasar.
"Harapannya agar masyarakat lebih tentram, apalagi tahun politik ya bisa lebih tentram tidak ada gejolak agar setiap orang menjalani kehidupannya dengan tenang. Siapapun pemimpinnya pastikan keamanan masyarakat," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024