Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada Rabu (2/10) mengatakan bahwa Iran menginginkan perdamaian, namun akan menanggapi dengan keras jika Israel membalas serangan rudal yang dilakukan Teheran.

"Jika Israel balas menyerang, balasan kami akan lebih keras," ujar Pezeshkian dalam konferensi pers di Doha saat menghadiri KTT Dialog Kerja Sama Asia (ACD).

"Kami sangat menentang pertumpahan darah. Kami selalu bilang; Kami ingin damai, kami ingin tenang. Kami tidak ingin terjadi pertumpahan darah di negara manapun. Namun, Israel mendesak kami melakukan ini," katanya, menambahkan.

Pezeshian menyoroti pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran oleh Israel, dengan mengatakan bahwa tindakan oleh rezim Zionis itu telah memaksa Iran untuk memberikan respons.

"Tidak ada negara atau pihak yang dapat menerima ini. Tidak ada wilayah yang dapat berkembang atau makmur di bawah bayang-bayang perang," katanya.

"Saya mengimbau kepada Barat: Tolong tarik Israel kembali, Anda menempatkan Israel di jantung wilayah ini. Anda juga ikut bertanggung jawab atas pertumpahan darah ini," lanjutnya.

Pezeshkian menyampaikan pula komitmennya untuk bekerja sama dengan Qatar mendorong keamanan dan stabilitas regional.

"Kami melakukan apapun yang kami bisa untuk mempererat dan memperkuat hubungan kami dengan Qatar," ungkapnya.

Dia menggambarkan pembicaraan dengan Emir Qatar Sheihk Tamim bin Hamad Al Thani sangat membangun, bertujuan mencapai perdamaian regional dan dan kepentingan bersama, dan mengumumkan bahwa Iran-Qatar meningkatkan kerja sama dalam perdagangan, energi, dan keamanan.

Al Thani juga membahas ketegangan yang terjadi di kawasan.

"Kami melihat bahwa meningkatnya ketegangan akan berdampak buruk bagi semua orang. Meredakan ketegangan ini adalah prioritas utama kami,” ucap Al Thani, sambil berdiri di samping Pezeshkian.

"Kami mencapai kesepakatan untuk membangun negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Solusi lain akan berakhir gagal," tambahnya.

Pezeshkian tiba di Doha pada pagi hari untuk kunjungan dua hari, yang pertama sejak menjabat pada Juni.

Kunjungan presiden Iran tersebut dilakukan beberapa jam setelah Iran meluncurkan serangkaian rudal ke Israel pada Selasa, dengan Tel Aviv memperkirakan 180 roket. Serangan tersebut menyebabkan korban jiwa, kerusakan properti, dan penutupan wilayah udara Israel, dengan jutaan warga di wilayah Zionis tersebut bergegas mencari tempat berlindung.

Iran menyatakan serangan tersebut merupakan balasan atas pembunuhan Haniyeh dan Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel, serta pembantaian yang dilakukan Tel Aviv di Jalur Gaza dan Lebanon.

Sumber: Anadolu

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024