Jakarta (Antara Babel) - Plt Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Subiyanto mengatakan perlu ada pemahaman dan kesepakatan bersama bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dasar pengembangan industri di era globalisasi.
"Perlu ada hal yang dapat memicu keluarnya ide kreatif yang menghasilkan inovasi, dan forum seperti Iptekin (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi-red) menjadi salah satu media yang bisa dimanfaatkan untuk itu. Harapannya muncul pemahaman dan kesepakatan bahwa memang iptek itu dasar untuk mengembangkan industri," kata Bambang di Forum IPTEKIN VI yang digelar LIPI di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bonus demografi dan sumber daya alam menjadi magnet bagi masyarakat global untuk memasarkan produknya di Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kemudian membuka perlintasan barang dan jasa, memicu investasi asing di kawasan Asia Tenggara.
Dalam waktu bersamaan, menurut dia, persaingan pasar harus diisi dengan produk berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga sebuah bisnis dapat berkelanjutan.
Persaingan di ASEAN, lanjutnya, dapat memberi dampak positif untuk Indonesia dapat berbenah terus-menerus dengan memperbaiki skala produksi hingga distribusi produk yang berbasis Iptek. Dan yang perlu diperhatikan dalam pembenahan untuk peningkatan daya saing tersebut adalah mobilitas manusia iptek, penguatan Litbang, penguatan jejaring iptek, kreativitas iptek, dan budaya iptek.
Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan daya saing Indonesia menurun, dan dalam beberapa bidang posisi Indonesia sudah kalah dari Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.
Daya saing, menurut dia, juga mengalami penurunan di mana dari 144 negara Indonesia ada di peringkat 37 di 2014, dan menurun ke peringkat 41 di 2015.
Penyebabnya, menurut dia, karena kesiapan teknologi yang masih lemah. Industri lebih senang memanfaatkan teknologi dari luar negeri, sehingga tidak terlihat pula terjadi transfer teknologi untuk memperkuat industri di tanah air.
"Kita sadar bahwa kunci penggerak ekonomi itu inovasi, dan iptek sebagai dasarnya, karena itu membangun kapasitas Iptek itu penting," ujar dia.
Sayangnya, menurut dia, kondisi itu sangat terbatas, di mana jumlah peneliti masih lebih rendah, begitu pula publikasi. Paten juga rendah, anggaran penelitian juga masih kecil, ada yang bilang sudah 0,22 persen dan ada yang masih bilang 0,089 persen dari PDB.
Maka, ia mengatakan perlu didorong inovasi ke industri. Dan itu yang akan dilakukan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).
Kepala Pappiptek LIPI Trina Fizzanty menambahkan kontribusi LIPI dalam menghadapi MEA juga ditunjukkan dengan penyelenggaraan forum Iptekin VI 2016. Forum tersebut diharapkan melahirkan berbagai ide kreatif dan inovatif dalam menghadapi persaingan kompetitif saat ini.
"Forum Iptekin ini diharapkan pula menjadi sarana bagi para stakeholders, akademisi, komunitas, serta pemerhati iptek lainnya untuk menjawab tantangan MEA dengan fokus pada optimalisasi hasil-hasil inovasi karya anak bangsa," ujar dia.
Forum yang merupakan agenda tahunan ini telah diselenggarakan sejak 2011 di LIPI Jakarta yang merupakan Forum Iptekin I. Pada 2016 ini, Forum Iptekin memasuki kali keenam, dihadiri sejumlah pembicara utama dalam Forum tersebut, antara lain Komisaris PT Garuda Indonesia dan Mantan Menteri Perhubungan RI Periode 2007-2009) Jusman Syafii Djamal dan peneliti dari Zentrum für Soziale Innovation Austria Dietmar Lampert.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Perlu ada hal yang dapat memicu keluarnya ide kreatif yang menghasilkan inovasi, dan forum seperti Iptekin (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi-red) menjadi salah satu media yang bisa dimanfaatkan untuk itu. Harapannya muncul pemahaman dan kesepakatan bahwa memang iptek itu dasar untuk mengembangkan industri," kata Bambang di Forum IPTEKIN VI yang digelar LIPI di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bonus demografi dan sumber daya alam menjadi magnet bagi masyarakat global untuk memasarkan produknya di Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kemudian membuka perlintasan barang dan jasa, memicu investasi asing di kawasan Asia Tenggara.
Dalam waktu bersamaan, menurut dia, persaingan pasar harus diisi dengan produk berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga sebuah bisnis dapat berkelanjutan.
Persaingan di ASEAN, lanjutnya, dapat memberi dampak positif untuk Indonesia dapat berbenah terus-menerus dengan memperbaiki skala produksi hingga distribusi produk yang berbasis Iptek. Dan yang perlu diperhatikan dalam pembenahan untuk peningkatan daya saing tersebut adalah mobilitas manusia iptek, penguatan Litbang, penguatan jejaring iptek, kreativitas iptek, dan budaya iptek.
Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan daya saing Indonesia menurun, dan dalam beberapa bidang posisi Indonesia sudah kalah dari Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.
Daya saing, menurut dia, juga mengalami penurunan di mana dari 144 negara Indonesia ada di peringkat 37 di 2014, dan menurun ke peringkat 41 di 2015.
Penyebabnya, menurut dia, karena kesiapan teknologi yang masih lemah. Industri lebih senang memanfaatkan teknologi dari luar negeri, sehingga tidak terlihat pula terjadi transfer teknologi untuk memperkuat industri di tanah air.
"Kita sadar bahwa kunci penggerak ekonomi itu inovasi, dan iptek sebagai dasarnya, karena itu membangun kapasitas Iptek itu penting," ujar dia.
Sayangnya, menurut dia, kondisi itu sangat terbatas, di mana jumlah peneliti masih lebih rendah, begitu pula publikasi. Paten juga rendah, anggaran penelitian juga masih kecil, ada yang bilang sudah 0,22 persen dan ada yang masih bilang 0,089 persen dari PDB.
Maka, ia mengatakan perlu didorong inovasi ke industri. Dan itu yang akan dilakukan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).
Kepala Pappiptek LIPI Trina Fizzanty menambahkan kontribusi LIPI dalam menghadapi MEA juga ditunjukkan dengan penyelenggaraan forum Iptekin VI 2016. Forum tersebut diharapkan melahirkan berbagai ide kreatif dan inovatif dalam menghadapi persaingan kompetitif saat ini.
"Forum Iptekin ini diharapkan pula menjadi sarana bagi para stakeholders, akademisi, komunitas, serta pemerhati iptek lainnya untuk menjawab tantangan MEA dengan fokus pada optimalisasi hasil-hasil inovasi karya anak bangsa," ujar dia.
Forum yang merupakan agenda tahunan ini telah diselenggarakan sejak 2011 di LIPI Jakarta yang merupakan Forum Iptekin I. Pada 2016 ini, Forum Iptekin memasuki kali keenam, dihadiri sejumlah pembicara utama dalam Forum tersebut, antara lain Komisaris PT Garuda Indonesia dan Mantan Menteri Perhubungan RI Periode 2007-2009) Jusman Syafii Djamal dan peneliti dari Zentrum für Soziale Innovation Austria Dietmar Lampert.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016