Pangkalpinang (Antara Babel) - Perkumpulan Wirausaha Wanita (Perwira) Indonesia Cabang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengelola tulang ikan menjadi cemilan enak.

"Sebelumnya tulang ikan dianggap sampah dan dibuang begitu saja, namun karena mubazir akhirnya saya berinovasi untuk menjadikan sampah ini sebagai cemilan yang bisa menambah pendapatan," ujar  Pengurus DPD Perwira Indonesia Cabang Babel, Letty di Pangkalpinang, Rabu.

Ia menambahkan, sebenarnya tulang ikan yang dimanfaatkan tersebut merupakan sisa dari pembuatan pempek.

"Untuk membuat pempek yang digunakan hanya daging ikan saja, sedangkan tulangnya selalu dibuang," jelas dia.

Namun kini tulang ikan dikelola menjadi kemplang atau kerupuk dan pempek khusus tulang ikan.

"Awalnya coba-coba dan hanya dikonsumsi untuk keluarga namun banyak yang suka dan pesan sehingga untuk memenuhi permintaan maka cara olahan ini juga diajarkan kepada penguru Perwira lainnya," katanya.

Ia menyebutkan, sekali produksi, adonan bisa sampai 4 kg dan setiap 1 kg adonan bisa menjadi 2,5 kg produk kemplang.

Untuk harga 1 kg kemplang Rp80.000 dan pempek tulang ikan Rp6.000 per potong.

"Dalam 1 hari biasanya kita produksi kemplang sebanyak 10 kilogram dan di buat oleh pengurus Perwira itu sendiri," katanya.

Keahlian tersebut sudah ia bagikan ke beberapa sekolah yang ada di Pangkalpinang seperti SMK Negeri 3.

"Saat menjadi juri masak di SMK Negeri 3 Pangkalpinang, saya mengarahkan siswa untuk mengolah tulang ikan menjadi kudapan yang enak dan bergizi seperti membuat kemplang dan pempek tulang ikan," jelasnya.

"Nanti mereka bisa membuat produk yang sama tapi brand sendiri, atau bisa juga memasarkan produk kita," jelasnya.

Ia berharap nantinya bisa memberikan pelatihan pengolahan tulang ikan kepada masyarakat lainnya, tidak hanya di sekolah saja.

"Perbandingan tulang sama tepungnya satu banding satu, biar nggak pecah dan lebih gurih. Kalau tepungnya kebanyakan adonannya akan keras," ujarnya.

Pewarta: Septi Artiana

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017