Jakarta (Antara Babel) - Lagi terjadi insiden penerbangan pada F-16
Fighting Falcon TNI AU. Kemarin petang (14/3), F-16 A/B Block 15 dari
Skuadron Udara 16 TNI AU overshoot saat mendarat dalam misi
penerbangan transisi penerbang tempur, di ujung landas pacu 36 Pangkalan
Udara Utama TNI AU Roesmin Noerjadin, Pekanbaru, Riau.
Dugaan
sementara alias awal, rem yang tidak berfungsi baik pada pesawat tempur
bernomor registrasi TS-1603 itu yang menjadi penyebab. Kedua pilot yang
ada di kokpit, Mayor Penerbang Andri Setiawan sebagai instruktur, dan
Letnan Satu Penerbang Marco Anderson, selamat.
Yang
cukup mengganggu adalah penyebaran foto-foto di media sosial tentang
kondisi saat itu F-16 Fighting Falcon yang dibeli baru Indonesia hasil
Proyek Peace Bima Sena I pada 1990 itu.
Seolah
pesawat tempur yang pernah berjasa besar pada insiden Pulau Bawean,
Jawa Timur, itu berhenti dalam keadaan terlentang. Perut ada ke atas dan
ekor tegak (vertical stabilizer) seolah menghunjam Bumi dan ketiga roda pendarat sudah pada posisi sempurna untuk mendarat.
Oleh
TNI AU, penilaian awal pesawat terbang yang sudah ditarik ke hanggar
perawatan Skuadron Udara 16 TNI AU di Pangkalan Udara Utama TNI AU
Roesmin Noerjadin, itu adalah total loss alias tidak bisa diperbaiki
lagi.
Merunut catatan-catatan peristiwa yang
terjadi, insiden pada F-16 TNI AU di Pekanbaru ini bukan yang pertama.
Sudah ada empat insiden penerbangan militer pada F-16 Figthing Falcon
TNI AU. Di dunia, F-16 Fighting Falcon adalah pesawat tempur multi peran
besutan General Dinamics pada 1976 (kini diakuisisi Lockheed
Martin)yang dipergunakan 25 negara, dengan status battle proven, dan hingga kini terus diproduksi dan sekaligus dikembangkan ini.
1. 15 Juni 1992 di Tulungagung, Jawa Timur.
Peristiwanya
melibatkan F-16 B Block 15 OCU nomor registrasi TS-1604. Walau tidak
pernah ada pengumuman resmi sebab-musabab insiden itu oleh TNI AU
ataupun pabrikan, namun catatan peristiwa mengatakan itu terjadi karena
kegagalan sistem peringatan manajemen propulsi dan kendali pesawat
tempur itu.
Pilot sempat bermanuver spin atau
berputar sebelum pesawat tempur tidak berhasil dikendalikan di atas
Tulungagung, Jawa Timur. Pilot bisa melontarkan diri memakai kursi
lontar produk Martin Baker, dan selamat.
2. 10 Maret 1997 di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Saat
F-16 A/B Block 15 OCU dari Skuadron Udara 3 mendarat di landas pacu
Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, insiden
mematikan itu terjadi sekitar pukul 12.00 WIB.
Pilot,
Kapten Penerbang Dwi Sasongko, gugur karena kursi lontar gagal
berfungsi di ketinggian 0-0 (0 meter dari permukaan landasan) setelah
pesawat tempur itu undershoot alias touch down (sentuhan perdana roda pendarat) terjadi sebelum area mendarat.
3. 1 Desember 2004, di Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar.
Insiden
terjadi pukul 09.00 WIT pada 1 Desember 2004, saat tiga pesawat tempur
F-16 A/B Block 15 OCU (Skuadron Udara 3 TNI AU) dan satu Sukhoi Su-27
Flanker (Skuadron Udara 11 TNI AU), baru akan mendarat setelah
memamerkan kebolehannya terbang pada satu persiapan gelaran
kedirgantaraan di Makassar.
Pesta
kedirgantaraan itu dijadwalkan dimulai pada 5 Desember 2004 dan
serangkaian latihan terbang formasi antara pesawat tempur beda kelas dan
beda karakter itu dilaksanakan terus.
Saat
mendarat, F-16 itu tergelincir dari landas pacu Pangkalan Udara Utama
TNI AU Hasanuddin itu. Sampai saat ini sebab-musabab insiden tanpa
korban jiwa itu tidak pernah diungkap kepada publik.
4. 16 April 2015 di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Insiden
dengan kesimpulan akhir total loss pada F-16 Block 52ID hasil program
retrofit F-16 Block 25 bekas pakai Angkatan Udara Garda Nasional Amerika
Serikat itu terjadi saat pesawat tempur itu akan lepas landas.
Pilot
yang menerbangkan adalah Letnan Kolonel Penerbang Firman Dwo Cahyo,
yang sudah mengantongi jam terbang lebih dari 1.500 jam terbang di
kokpit F-16. Dia sebelumnya adalah penerbang tempur senior TNI AU di
Skuadron Udara 3 TNI AU, yang bermaterikan F-16 A/B Block 15 OCU.
Saat
akan lepas landas, reaktor di turbin jet F-16 Block 52ID itu tidak
berfungsi sempurna, memercikkan api, dan membakar pesawat tempur itu.
Cahyo kemudian dilaporkan sempat mematikan aliran bahan bakar JP-08 dari
tangki pesawat tempur berkelir loreng itu.
Cahyo
bisa diselamatkan dari kokpit walau menderita luka-luka. Pesawat tempur
itu terbakar habis, dan tidak mungkin lagi bisa diperbaiki. Beberapa
crane kemudian dikerahkan untuk menyingkirkan reruntuhan pesawat tempur
TNI AU bernomor TS-1643 itu ke pinggir landas pacu.
Keterangan resmi dari Markas Besar TNI saat itu adalah: ini akibat masalah teknis, tanpa penjelasan lebih lanjut.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017