Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia bersiap bangun pabrik metanol senilai 1,2 miliar dolar AS.
"Itu akan lagi dibangun, sekitar 1 sampai 1,2 miliar dolar AS," ujar Bahlil di Kompleks Parlemen DPR/MPR, Jakarta, Senin.
Pembangunan pabrik ini baru akan dilakukan pada 2025 di daerah Bojonegoro, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 800 ribu ton metanol per tahun.
Menurutnya, langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan metanol dalam negeri yang saat ini masih impor.
Bahlil menyampaikan, pembangunan pabrik metanol dapat menghemat devisa, dan neraca perdagangan yang positif.
"Yang jelas itu untuk memenuhi kebutuhan domestik. Kita kan selama ini impor 80 persen. Kalau kita bangun biodiesel kayak B40, B50, itu pasti nambah lagi volume impor kita," katanya.
Pembangunan pabrik metanol ini untuk mendukung rencana pemerintah dalam mengembangkan biodiesel B50 agar Indonesia tak lagi mengimpor solar.
Ketua Harian Dewan Energi Nasional ini, juga menyatakan dengan mengimplementasikan biofuel jenis B50 tahun 2026 akan secara langsung membuat Indonesia terbebas dari impor solar.
Menurut Bahlil, hal tersebut karena apabila bahan bakar diesel ramah lingkungan itu sudah diimplementasikan dua tahun ke depan bakal mencukupi kebutuhan domestik.
"Kalau B50 kita langsung adakan di 2026 insya Allah tidak lagi kita melakukan impor solar. Sudah cukup dalam negeri, jadi produksi dalam negeri sudah cukup dengan konversi B50," katanya.
Adapun untuk menuju implementasi B50 tersebut akan dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2025 misalnya, pemerintah menetapkan akan mewajibkan (mandatory) penggunaan biofuel jenis B40.