Depok (Antara Babel) - Imam Besar Istiqlal KH Nasaruddin Umar menceritakan kedekatan dirinya dengan almarhum KH Hasyim Muzadi semasa dalam satu kepengurusan di PBNU maupun dalam berkehidupan sosial.

"Saya ketika menyaksikan beliau waktu sama-sama pengurus NU, kita seringkali duduk bareng menyelesaikan konflik antar umat agama lain. Anehnya kok diselesaikan di NU," kisah Nasaruddin di rumah duka di kompleks Pondok Pesantren Al-Hikam Kukusan Beji, Depok, Kamis.

Nasaruddin masih ingat betul ada beberapa kelompok agama yang bertikai di mana internal kelompok tersebut tidak bisa menyelesaikan permasalahannya. Namun ketika permasalahannya dibawa ke PBNU yang juga turut campur tangan Hasyim, persoalan tersebut selesai.

Nasaruddin mengisahkan saat dirinya menelpon Hasyim, yang kebetulan sedang memberikan ceramah agama, telepon tersebut masih diterima.

"Sebentar ya saya masih berikan ceramah nanti saya telepon balik. Padahal kan sebenarnya kalau sedang ceramah tidak usah diangkat," tutur dia.

Nasaruddin yang pernah menjadi Wakil Menteri Agama periode 2011-2014 mengutarakan bahwa kepergian KH Hasyim Muzadi terlalu cepat. Dia menilai bangsa Indonesia masih membutuhkan sosok dan sentuhan-sentuhan almarhum.

"Beliau seorang pekerja serius tapi santai, artinya sebesar apapun persoalan yang kita hadapi, begitu disentuh oleh Pak Kiai (Hasyim), itu langsung mudah dengan kekuatan humornya itu. Yang tegang jadi santai, yang besar jadi kecil," kata dia.

Dalam pandangan Imam Besar Istiqlal, sosok Hasyim ialah seseorang yang bisa mengkombinasikan diri sebagai guru bangsa sekaligus guru umat, pendidik, mubaligh, politisi, dan yang paling penting kiai.

Nasaruddin menjelaskan ajaran Hasyim Muzadi yang paling membekas ialah tentang Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.

"Yang paling dominan dipasarkan dimana-mana adalah islam rahmatan lil alamin. Artinya Islam yang moderat, Islam nusantara, Islam berkeindonesiaan. Islam tidak boleh jadi berbagai ancaman tapi harus jadi seluruh manusia," kata dia.

Hasyim Muzadi yang merupakan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015 wafat pada Kamis (16/3) pukul 6.15 WIB di Malang, Jawa Timur.

Muzadi yang juga mantan Ketua Umum PBNU tersebut lahir di Bangilan, Tuban, 8 Agustus 1944 dan wafat pada usia 72 tahun.

Pewarta: Aditya Ramadhan

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017