Pangkalpinang (Antara Babel) - Asosiasi Eksportir Lada Indonesia menyatakan ekspor lada putih petani di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama 2016 sebanyak 6.500 ton atau mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya 7.000 ton.

"Hasil lada petani tahun lalu mengalami penurunan, karena kondisi cuaca yang cukup ekstrim," kata Ketua AELI Zainal Arifin di Pangkalpinang, Jumat.

Ia mengatakan intensitas hujan yang cukup tinggi pada tahun lalu, banyak tanaman lada petani terserang hama penyakit jamur, busuk pangkal batang dan terendam banjir, sehingga mempengaruhi hasil panen petani komoditas itu.

"Babel mengalami musim kemarau berkepanjangan pada 2015 dan musim penghujan yang terjadi sepanjang 2016 sehingga produksi lada kurang berjalan optimal," ujarnya.

Ia memperkirakan angka ekspor lada pada 2017 masih mengalami penurunan dengan jumlah produksi lada kurang dari 9.000 ton, karena kondisi cuaca yang belum mendukung.

"Produksi lada sekitar 10.000 ton akan tercapai pada 2018, apabila pohon lada penanaman atau regenerasi baru telah berbuah dengan harapan didukung cuaca yang stabil," ujarnya.

Menurut dia, penyebab lainnya terkait menurunnya jumlah ekspor lada karena berkurangnya lahan perkebunan lada akibat masifnya perkembangan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan timah.

"Kelengkapan para petani lada seperti ketersediaan pupuk juga perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah agar hasil panen dapat meningkat," katanya.

Ia mengatakan komoditas lada yang berasal dari Babel juga mengalami persaingan dari segi harga dan jumlah produksi dari negara eksportir lada lainnya seperti Vietnam dan Malaysia," katanya.

Pewarta: Mahendra

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017