Yangon (Antara Babel) - Pihak berwenang di Myanmar akan menyelidiki video, yang tampak menunjukkan anggota angkatan bersenjata memukul, menendang dan memeriksa beberapa orang dengan kekerasan, kata pemerintah pada Rabu.

Pembela hak asasi manusia mendesak pemerintah penerima Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi menyelidiki setelah rekaman tersebut, menunjukkan tentara menendang wajah pria dan menempelkan parang ke tenggorokan pria lain, beredar cepat pada akhir pekan lalu.

Angkatan bersenjata Myanmar sering dituduh melanggar oleh kelompok hak asasi manusia dan pemerintahan Barat selama puluhan tahun perang dengan berbagai kelompok suku bersenjata.

Rekaman itu muncul di media gaul saat beberapa kelompok pemberontak bersenjata Myanmar berkumpul pada pekan lalu di ibu kota, Naypyitaw, untuk perundingan perdamaian dengan tentara dan Suu Kyi, menyusul tahun pertama kerasnya di kekuasaan, yang melihat pemberontakan terburuk dalam beberapa tahun.

"Kami menemukan video 17 menit di media gaul menunjukkan empat warga dianiaya beberapa tentara. Kelompok hak asasi manusia antarbangsa mengeluarkan pernyataan tentang itu pada 28 Mei," kata pernyataan kantor Suu Kyi.

"Pemerintah sekarang harus menyelidiki pelanggaran itu sesuai dengan undang-undang dan aturan saat ini," katanya.

Beberapa pria terborgol ditanyai apakah mereka anggota Tentara Pembebasan Bangsa Taang (TNLA), kelompok suku bersenjata bermarkas di negara bagian Shan, Myanmar timur, yang baru-baru ini bentrok dengan tentara.

Reuters tidak dapat menguji secara mandiri orang terlibat di video itu. Tidak jelas kapan dan di mana gambar itu diambil.

Persekutuan empat kelompok pemberontak terdiri atas beberapa petempur terkuat Myanmar, termasuk TNLA, melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan di Myanmar utara pada November.

Myanmar pada tahun ini menyelidiki polisi sesudah rekaman tentang warga desa diperlakukan dengan kekerasan muncul dalam jaringan, di tengah ketegangan atas tindakan keras pemerintah terhadap tersangka gerilyawan, demikian Reuters.

Pewarta:

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017