Koba (Antara Babel) - Petani di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluhkan harga lada anjlok dari Rp120 ribu ke posisi Rp70 ribu per kilogram.
"Saya benar-benar berharap dalam Ramadhan ini harga lada stabil, malah harganya anjlok dan ini membuat saya kelimpungan juga," kata Masran, seorang petani lada di Bangka Tengah, Selasa.
Ia menjelaskan lada sebagai komoditas unggulan satu-satunya harapan masyarakat untuk memperbaiki ekonomi dan mencukupi kebutuhan hidup yang mengalami peningkatan selama Ramadhan dan menjelang Lebaran.
"Saya sudah lama menyimpan lada di gudang untuk mendapatkan uang lebih untuk lebaran tahun ini, malah harganya terjun bebas," keluhnya.
Namun demikian, dirinya tetap melepas lada ke pasar tetapi hanya sebagian saja untuk memenuhi kebutuhan hidup menjelang Lebaran tahun ini.
"Saya tetap jual lada yang sudah disimpan lama, tetapi tidak semuanya hanya sebagian saja. Sisanya disimpan menunggu harga kembali naik," ujarnya.
Wakidi, petani lada lainnya juga mengeluhkan anjloknya harga lada yang sudah sampai titik terendah karena sebelumnya juga terjadi penurunan harga tetapi tidak signifikan.
"Turunnya harga lada menjelang Lebaran ini benar-benar membuat saya terpukul sekali, kalau tidak dijual serba salah karena lada satu-satu harapan mendapatkan uang untuk Lebaran," katanya.
Ia berharap pemerintah daerah menyikapi kondisi harga lada yang anjlok ini karena lada satu-satunya komoditas unggulan menjadi harapan petani.
"Menambang bijih timah sudah tidak bisa diharapkan lagi, sawit dan karet juga tidak kunjung membaik harganya. Satu harapan adalah lada, juga anjlok dan jelas buat kami kelimpungan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Saya benar-benar berharap dalam Ramadhan ini harga lada stabil, malah harganya anjlok dan ini membuat saya kelimpungan juga," kata Masran, seorang petani lada di Bangka Tengah, Selasa.
Ia menjelaskan lada sebagai komoditas unggulan satu-satunya harapan masyarakat untuk memperbaiki ekonomi dan mencukupi kebutuhan hidup yang mengalami peningkatan selama Ramadhan dan menjelang Lebaran.
"Saya sudah lama menyimpan lada di gudang untuk mendapatkan uang lebih untuk lebaran tahun ini, malah harganya terjun bebas," keluhnya.
Namun demikian, dirinya tetap melepas lada ke pasar tetapi hanya sebagian saja untuk memenuhi kebutuhan hidup menjelang Lebaran tahun ini.
"Saya tetap jual lada yang sudah disimpan lama, tetapi tidak semuanya hanya sebagian saja. Sisanya disimpan menunggu harga kembali naik," ujarnya.
Wakidi, petani lada lainnya juga mengeluhkan anjloknya harga lada yang sudah sampai titik terendah karena sebelumnya juga terjadi penurunan harga tetapi tidak signifikan.
"Turunnya harga lada menjelang Lebaran ini benar-benar membuat saya terpukul sekali, kalau tidak dijual serba salah karena lada satu-satu harapan mendapatkan uang untuk Lebaran," katanya.
Ia berharap pemerintah daerah menyikapi kondisi harga lada yang anjlok ini karena lada satu-satunya komoditas unggulan menjadi harapan petani.
"Menambang bijih timah sudah tidak bisa diharapkan lagi, sawit dan karet juga tidak kunjung membaik harganya. Satu harapan adalah lada, juga anjlok dan jelas buat kami kelimpungan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017