Pangkalpinang (Antara Babel) - Omzet pedagang daging sapi di Pasar Tradisional di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sejak pertengahan Ramadhan 1438 Hijriah mengalami penurunan drastis atau merosot hingga 50 persen akibat sepinya pembeli.

"Omzet kami turun drastis karena sepinya pembeli. Harga yang tidak stabil membuat masyarakat enggan membeli," ujar salah seorang pedagang di Pasar Pagi Pangkalpinang, Unan, Selasa.

Ia menambahkan, ketika menjelang Ramadhan harga sapi sempat tinggi namun saat ini kembali turun meskipun pembeli daging masih saja sepi.

Harga daging saat ini Rp110 ribu atau turun dari harga sebelumnya Rp120 ribu per kilogram.

"Sepinya pembeli dikarenakan penghasilan masyarakat Bangka yang tidak stabil seperti murahnya harga lada, sawit, dan timah," ujarnya.

Unan mengatakan, dalam satu hari biasanya dia bisa menjual 2 ekor sapi yang sudah dipotong (daging, red), namun saat ini hanya satu ekor saja karena barang dagangan itu tidak habis terjual.

"Daging yang tidak habis terjual biasanya kami bekukan, dan esok harinya dijual kembali. Kalau tidak disiasati, pedagang bisa semakin merugi," katanya.

Sementara itu, pedagang lainnya, Aman juga mengeluhkan sepinya pembeli sejak Ramadhan.

"Biasanya omzet jualan saya bisa mencapai Rp1,5 juta namun sekarang hanya sekitar Rp750 ribu saja per hari," ujarnya.

Tetapi Aman tetap yakin nantinya pembeli akan kembali ramai lima hari menjelang Lebaran.

"Walau harga sapi potong naik tapi masyarakat tetap akan membelinya karena daging sapi ini termasuk konsumsi kebutuhan untuk Lebaran," ujarnya.

Ia berharap pemerintah bisa menjaga stok daging guna menghindari lonjakan harga yang juga berpengaruh terhadap jumlah pembeli.

"Jika harganya mahal, bisa-bisa pembeli sepi karena masyarakat membatasi jumlah pembelian daging sapi saat Lebaran. Dengan begitu kita harapkan peran pemerintah untuk mengatasi hal tersebut," ujarnya menjelaskan.

Pewarta: Septi Artiana

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017