Pangkalpinang (Antara Babel) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengintensifkan kinerja tim pemantau lahan pertanian yang mengalami kekeringan sebagai antisipasi gagal panen padi selama musim kemarau di daerah itu.

Meski kemarau tahun ini tidak separah musim kering tahun lalu, kami tetap mewaspadai kekeringan di daerah sentra budi daya tanaman padi, kata Kepala Dinas Pertanian Kepulauan Babel Toni Batubara di Pangkalpinang, Minggu.  

Dalam mengantisipasi kekeringan lahan pertanian di daerah sentra budi daya padi, yaitu Kabupaten Bangka, Bangka Selatan, Bangka Barat, Bangka Tengah, Belitung, dan Belitung Timur, Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Babel membentuk tim gabungan pemantau ketersediaan air untuk tanaman padi tersebut. Tim ini berkoordinasi dan berpatroli dari sawah ke sawah petani di daerah itu.  

Hasil pemantauan dan laporan sementara, pihaknya belum menemukan dan menerima laporan lahan pertanian mengalami kekeringan yang akan merugikan petani.

Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, musim kemarau di Kepulauan Bangka Belitung masih diselingi hujan. Ramalan cuaca hari ini juga diperkirakan hujan pada siang hingga sore hari.

Meskipun ada lahan pertanian yang mengalami kekeringan, tim dapat mengatasinya dengan baik karena kemarau pada tahun ini tidak separah kekeringan lahan pertanian di Pulau Jawa, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan daerah di selatan ekuator.

Dalam mengantisipasi gagal panen selama musim kemarau tahun ini, pihaknya juga mengintensifkan koordinasi lintas sektoral di lingkungan pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pihak terkait lainnya.

Kegiatan pemantauan ini penting karena pada bulan Juli dan Agustus 2017 masih banyak petani di Kabupaten Bangka, Bangka Selatan, Belitung yang melakukan penanaman padi.

Menurut dia, meski kemarau tahun ini masih diselingi hujan, tetap memengaruhi ketersediaan air untuk lahan pertanian, mengingat sarana irigasi di daerah ini belum cukup memadai dan masih mengandalkan air kolong atau bekas tambang timah.

Selama musim kemarau ini, debit air kolong tentu juga mengalami penyusutan. Hal ini akan mengganggu distribusi air untuk lahan pertanian petani.

Ia berharap petani jangan terlalu memaksakan menanam padi, mengingat sarana irigasi di daerah ini belum cukup memadai dan masih mengandalkan air kolong atau bekas tambang timah.

Komandan Korem 045/Garuda Jaya Kolonel Inf. Abdurrahman  mengatakan bahwa pihaknya telah menyalurkan pompa air untuk membantu petani padi mengatasi kekeringan.

Danrem berharap bantun itu dapat mencegah petani gagal panen padi selama musim kemarau ini.

Selain menyalurkan bantuan pompa air, pihaknya bersama pemerintah desa dan petani juga memperbaiki saluran irigasi agar air dapat mengalir dengan baik ke sawah-sawah petani.

Saat ini, kata dia, banyak saluran irigasi yang rusak sehingga air tidak bisa mengalir dengan baik ke sawah.

Menurut dia, bantuan pompa air dan perbaikan saluran irigasi itu sebagai upaya TNI dalam membantu pemerintah daerah guna mewujudkan swasembada pangan dan tidak lagi mengalami ketergantungan beras dari luar daerah.

Pihaknya terus berupaya memotivasi petani dalam mengembangkan usaha pertaniannya sehingga produksi padi meningkat dan ketergantungan beras dari Pulau Jawa dan Sumatera dapat berkurang.

Seksi Kedaruratan BPBD Kepulauan Babel Aswind mengatakan bahwa pihaknya siap menyalurkan bantuan air untuk pertanian guna membantu petani mengatasi masalah kekeringan selama musim kemarau. Bantuan air pertanian ini sebagai langkah pemerintah untuk mengantisipasi gagal panen padi, tanaman hortikultura, dan lainnnya selama musim kemarau.

Dalam menyalurkan bantuan air untuk pertanian, pihaknya telah menyiagakan dua unit mobil tangki air masing-masing berkapasitas 5.000 liter.

Saat ini, pihaknya belum mendapatkan permintaan bantuan air dari petani. Kendati demikian, pihaknya selalu siaga dan siap menyalurkan air untuk membantu petani di daerah ini.

Aswind mengatakan bahwa bantuan air selama musim kemarau tahun ini lebih fokus pada sektor pertanian. Sementara itu, bantuan air bersih konsumsi dan kebutuhan pokok masyarakat lainnya dialihkan ke Dinas Pekerjaan Umum dan PDAM. Pada tahun lalu BPBD juga menangani air bersih masyarakat. Namun, pada tahun ini tidak lagi karena tidak adanya anggaran untuk pembelian air bersih.

Ia mengatakan bahwa bantuan air pertanian ini merupakan air  di bekas tambang-tambang timah yang persediaan masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan petani.

Menurut dia, tidak mungkin menyalurkan air bekas tambang ini untuk dikonsumsi masyarakat atau kebutuhan memasak lainnya. Jangan sampai air yang disalurkan kepada masyarakat menimbulkan masalah baru seperti merebak diare, sakit kulit, dan lainnya.
            
Bangun Irigasi Rawa

Dalam mengatasi kekeringan dan meningkatkan produksi padi petani, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan membangun 1.000 hektare irigasi rawa guna mengoptimalkan pengelolaan pertanian padi di daerah itu.

Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pertanian ini merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap program pertanian di daerah ini, kata Wakil Gubernur Kepulauan Babel Abdul Fatah.

Selain membangun 1.000 hektare di daerah sentra pengembangan tanamam padi, kata dia, pihaknya juga akan merehabilitasi 350 hektare jaringan irigasi guna mengoptimalkan pengelolaan 2.540 hektare sawah di Kabupaten Bangka, Bangka Selatan, dan Belitung.

Mudah-mudahan dengan adanya pembangunan irigasi rawa dan perbaikan jaringan pengairan ini dapat membantu petani dalam mengatasi kekeringan selama musim kemarau," ujarnya.

Menurut Abdul Fatah, dalam upaya khusus peningkatan produksi padi ini, secara bertahap perlu diselesaikan lima masalah, di antaranya pengaturan tata kelola air yang baik, kemudahan petani mendapatkan benih unggul bersertifikat.

Selain itu, pengadaan dan distribusi pupuk, terbatasnya penyediaan alat mesin pertaniaan beserta kelembagaannya, dan keterlibatan secara maksimal penyuluh pertanian.

Masalah pertanian tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Dinas Pertanian saja, tetapi perlu kerja sama dan sinergi dengan dinas serta instansi terkait lainnya.

Untuk itu, diharapkan organisasi perangkat daerah, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Badan Perencanaan Daearah, dan Dinas Perdagangan, serta TNI, Bulog, akademisi, swasta, dan masyarakat petani untuk saling berkoordinasi mengatasi berbagai masalah pengembangan dan pengelolaan lahan pertanian ini.

Kepala Bidang TPH Dinas Pertanian Kepulauan Babel Heri mengatakan bahwa pembangunan irigasi rawa dan perbaikan saluran air pertanian ini akan mengoptimalkan pengelolaan potensi lahan untuk dijadikan sawah seluas 22.541 hektare. Adapun luas tanam padi petani pada tahun ini 18.000 hektare dengan produksi padi 35.388 ton.

Untuk mengelola potensi lahan 22.541 hektare melalui program cetak sawah baru, kata dia, menggunakan APBD dan APBN. Hal ini bertujuan mengurangi beban petani ketika mengembangkan usaha pertaniannya. Apabila potensi lahan untuk sawah ini tergarap dengan baik, produksi padi petani meningkat.

Saat ini sekitar 85 persen beras kebutuhan dan konsumsi masyarakat, lanjut dia, masih berasal dari daerah sentra produksi di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal ini mengingat, hasil padi petani lokal yang masih kurang.

Pada tahun ini, Pemprov Kepulauan Babel mencetak 4.200 hektare sawah baru guna mengurangi ketergantungan beras dari luar daerah sekaligus mengoptimalkan penyuluhan, bantuan benih, pupuk, pembangunan irigasi, dan bantuan peralatan pertanian lainnya.

Peluang untuk mewujudkan daerah berswasembada beras, menurut dia, cukup besar karena potensi lahan untuk sawah baru relatif sangat luas.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017