Pangkalpinang (Antara Babel) - Pedagang daging sapi di pasar tradisional di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluhkan sepinya pembeli sehingga mempengaruhi penghasilan sehari-hari.

"Sepinya pembeli dikarenakan lesunya perekonomian masyarakat, terlebih harga komoditas lada, sawit dan karet anjlok sehingga daya beli masyarakat melemah," ujar salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Pembangunan Pangkalpinang, Herman, Jumat.

Harga daging sapi saat ini masih stabil yakni Rp110 ribu perkilogram, sedangkan harga tulang rusuk Rp90 ribu.

"Meskipun harga daging sapi normal namun pembeli tetap saja sepi. Kondisi ekonomi seperti ini membuat masyarakat beralih konsumsi daging ayam, ikan dan sayur serta lebih mengutamakan kebutuhan pokok lainnya," jelasnya.

Ia menyebutkan, pembeli yang datang didominasi dari pedagang bakso dan pemilik rumah makan sedangkan kalangan ibu-ibu rumah tangga sangat sedikit.

"Pembeli hanya dari para langganan seperti pedagang bakso dan pemilik warung yang memang membutuhkan daging untuk dagangan di warungnya," katanya.

Lesunya pembeli juga dirasakan pedagang daging sapi lainnya, Awan yang mengeluhkan sepinya pembeli belakangan ini.

Ia menyebutkan, biasanya ia bisa menjual daging sapi sebanyak 40 hingga 50 kilogram sehari namun sekarang hanya setengahnya yakni sekitar 20 hingga 25 kilogram per hari.

"Kalau seperti ini terus menerus, bisa-bisa kita sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," jelasnya.

Ia berharap perekonomian masyarakat segera membaik dan komoditas utama Babel seperti lada, sawit dan karet kembali normal.

"Saat ini timah tidak bisa lagi menjadi andalan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Jadi cara satu-satunya adalah kembali pada perkebunan namun saat ini komoditi unggulan sektor perkebunan Babel sedang anjlok," katanya.

Ia menjelaskan, anjloknya harga perkebunan selalu berpengaruh terhadap jual beli masyarakat termasuk penjualan daging sapi.

"Setiap harga hasil perkebunan petani anjlok, selalu saja berpengaruh terhadap jumlah pembeli," jelasnya.

Pewarta: Septi Artiana

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017