Pangkalpinang (Antara Babel) - Pemerintah Jepang melalui Jogmec (Japan Oil, Gas and Metal National Corporation) selama empat hari hingga Kamis, 14 Desember 2017 melatih 40 mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung (UBB) tentang teknologi pertambangan bawah tanah.

Keterangan tertulis dari Kabag Humas UBB, Eddy Jajang Jaya Atmaja, yang diterima di Pangkalpinang, Kamis (14/12), menyebutkan, pelatihan yang juga diikuti seorang dosen Teknik Pertambangan UBB ini dibuka dan ditutup Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf, MS di  Ruang Pertemuan Rektorat Kampus Terpadu UBB di Balunijuk, Kabupaten Bangka.

Jogmec menghadirkan empat instruktur dari Mitsui Matsuhima Resources (MMR) Co. Ltd  dan Profesor Emiritus Matsui dari Universitas Kyusu Jepang.

Team Leader Training Project on Coal (TPOC) Yoshihisa Shimoda, Kamis (14/12), mengemukakan, selain UBB  Jogmec juga menggelar pelatihan tambang bawah tanah (TPOC) di Universitas Bandung (Unisba), Universitas Sriwijaya, Poltek Akamigas Migas Palembang, Universitas Negeri Padang, dan Sekolah Tinggi Teknologi Industri Sawahlunto.

"TPOC ini bertujuan memberi bekal tekologi tambang bawah tanah kepada mahasiswa.  Ke depan penambangan batubara akan lebih banyak dilakukan di bawah tanah. Di luar Indonesia, Jogmec juga menggelar TPOC di Vietnam dan China ," ujar Yoshihisa.

Diakuinya Indonesia dan beberapa negara lainnya melakukan penambangan batubara melalui teknologi tambang terbuka (open-pit). Tapi seiringdengan waktu menyusul terbatasnya cadangan batubara permukaan, manajemen penambangan akan melakukan penambangan bawah tanah.

"Penambangan batubara terbuka atau open pit akan menemukan posisi titik ekomis. Itu terjadi seiring dengan terbatasnya cadangan batubara permukaan. Padahal cadangan batubara di lapisan tanah di bawahnya masih banyak. Inilah yang mendorong hadirnya penambangan bawah tanah," katanya.

Beberapa perusahaan tambang batubara di Indonesia, menurut Yoshihisa, menggali energi fosil batubara melalui penambangan terbuka. Tercatat seperti PT Bukit Asam di Ombilin, Sawahlunto dan sejumlah perusahaan batubara di Kalimantan Timur.

"Sekitar tahun 2000-an banyak yang melakukan penambangan terbuka. Tapi karena cadangan batubara di bawah tanah habis, kini perusahaan-perusahaan itu tidak lagi beroperasi," ujarnya.

TPOC hadir di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia setelah Jogmec menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Pengembangan SDM ESDM. Selanjutnya "payung" kerja sama ini ditindaklanjuti dengan rencana pelaksanaan (implementation plan) antara Pusat Pengembangan SDM dengan Geologi Mineral Batubara.

"Ada tiga TPOC. Dua TPOC dilakukan langsung ke tambang batubara. Masing-masing dalam bentuk pemberian bimbingan oleh tenaga ahli dari Jepang kepada tambang batubara di Sawahlunto dan Kalimantan Timur. Diseminasi lainnya juga diberikan kepada universitas, antara lain UBB, Unisba, Universitas Negeri Padang dan sebagainya," ujar Yoshihisa.

Sejak 2014 Jogmec telah menggelar TPOC untuk mahasiswa Teknik Pertambangan UBB yang tiap tahun sekurangnya diikuti 40 mahasiswa.  Hingga saat ini sekurangnya telah 160 mahasiswa mendapat pengetahuan tentang teknologi tambang bawah tanah.

"Kegiatan ini semuanya di bawah kendali PSDM ESDM, karenanya sertifikat juga akan dikeluarkan oleh PSDM ESDM," kata Yoshihisa Shimoda.

Dalam TPOC kali ini Jogmec menerjunkan instuktur dari MMR. Mereka adalah Togawa, Hamaguci, Kaki Zaki dan Prof Emiritus Matsui dari Universitas Kyusu.

Pewarta:

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017