Johannesburg, Afrika Selatan (Antaranews Babel/Xinhua-OANA) - Kongres Sarikat Pekerja Afrika Selatan (Cosatu) pada Kamis (1/2) menyatakan sebanyak 900 pekerja tambang terjebak di bawah tanah di Tambang Beatrix di Negara Bagian Northern Free.
Presiden Perhimpunan Pekerja Tambang dan Serikat Pekerja Bangunan (AMCU) Joseph Mathunjwa mengkonfirmasi peristiwa tersebut. Ia mengatakan listrik padam, yang dilaporkan akibat badai, mengakibatkan sebanyak 940 pekerja terjebak di bawah tanah di lorong 2 dan lorong 3. Empat-puluh pekerja kemudian diselamatkan, sehingga 900 orang berada di lorong 3 di bawah tanah.
Cosatu mengatakan mereka ingin pemerintah menyelidiki penyebab tragedi itu, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang. Sizwe Pamla, Juru Bicara Nasional Cosatu, mengatakan, "Pemerintah kita perlu datang dengan beberapa mekanisme pelaksanaan yang layak guna menjamin dipatuhinya peraturan keselamatan dan kesehatan dan bekerja untuk mengurangi kecelakaan di tambang."
Mereka juga menyerukan layanan darurat menggandakan upaya mereka guna menyelamatkan pekerja tambang yang terjebak. Cosatu juga mengatakan perusahaan tambang mesti belajar dari peristiwa masa lalu guna mencegah meningkatnya kematian di tambang.
"Federasi terus sangat prihatin dengan angka kematian tambang dan menyeru perusahaan tambang agar secara sungguh-sungguh menerima rencana lima poin yang dijanjikan yang ditujukan untuk mencapai nol resiko berkaitan dengan kematian di tambang. Kita perlu menerapkan mekanisme pencegahan yang masuk akal dan kokoh guna membantu mengurangi dan akhirnya menghentikan kematian di tambang," kata Pamla.
Menteri Sumber Daya Mineral Mosebenzi Zwane dijadwalkan mengunjungi tambang itu pada Jumat untuk memahami apa yang menjadi penyebab pekerja tambang tersebut terjebak.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Presiden Perhimpunan Pekerja Tambang dan Serikat Pekerja Bangunan (AMCU) Joseph Mathunjwa mengkonfirmasi peristiwa tersebut. Ia mengatakan listrik padam, yang dilaporkan akibat badai, mengakibatkan sebanyak 940 pekerja terjebak di bawah tanah di lorong 2 dan lorong 3. Empat-puluh pekerja kemudian diselamatkan, sehingga 900 orang berada di lorong 3 di bawah tanah.
Cosatu mengatakan mereka ingin pemerintah menyelidiki penyebab tragedi itu, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang. Sizwe Pamla, Juru Bicara Nasional Cosatu, mengatakan, "Pemerintah kita perlu datang dengan beberapa mekanisme pelaksanaan yang layak guna menjamin dipatuhinya peraturan keselamatan dan kesehatan dan bekerja untuk mengurangi kecelakaan di tambang."
Mereka juga menyerukan layanan darurat menggandakan upaya mereka guna menyelamatkan pekerja tambang yang terjebak. Cosatu juga mengatakan perusahaan tambang mesti belajar dari peristiwa masa lalu guna mencegah meningkatnya kematian di tambang.
"Federasi terus sangat prihatin dengan angka kematian tambang dan menyeru perusahaan tambang agar secara sungguh-sungguh menerima rencana lima poin yang dijanjikan yang ditujukan untuk mencapai nol resiko berkaitan dengan kematian di tambang. Kita perlu menerapkan mekanisme pencegahan yang masuk akal dan kokoh guna membantu mengurangi dan akhirnya menghentikan kematian di tambang," kata Pamla.
Menteri Sumber Daya Mineral Mosebenzi Zwane dijadwalkan mengunjungi tambang itu pada Jumat untuk memahami apa yang menjadi penyebab pekerja tambang tersebut terjebak.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018