London (Antaranews Babel) - Pementasan wayang kulit Bali yang dinamis dan jenaka serta sarat falsafah ditampilkan dalang Profesor I Nyoman Sedana  dari Denpasar dan dalang bule  Prof Matthew Isaac Cohen, serta  seniman Belanda Sietskr Rijpkema, Phd Student di Royal Holloway University of London   memukau  penonton.

Para penonton yang  yang sebagian besar adalah warga Inggris  dengan rela duduk lesehan memenuhi gedung pertemuan lantai satu KBRI London, akhir pekan.

Pertunjukan dibuka Dubes RI di London Rizal Sukma dan kepada Antara London usai pertunjukan rizsl  Sukma  mengatakan bahwa pertunjukan kesenian Indonesia khususnya Bali merupakan salah satu diplomasi budaya Indonesia di London, Inggris.

Diharapkannya dimasa datang akan lebih sering lagi tampil berbagai kesenian Indonesia.

Atase Pendidikan KBRI London, Prof Endang Aminuddin Aziz kepada Antara London, Senin mengatakan  pertunjukan "Bali in Westminster" adalah sebagai penutupan masa tinggal atau residensi Prof I Nyoman Sedana, gurubesar teater di ISI Denpasar di Inggris.

Pagelaran wayang kulit  demgan lakon Gugurnya nya Indrajit yang diambil dari cuplikan  episode Ramayana 'The Death of Indrajit' diawali dengan penampilan musik angklung dari London Anglung Assemble pimpinan Hana A Satryo melantunkan tiga lagu yaitu  Es lilin, Tanah air Pusaka , Obladi Oblada  yang mengajak penonton untuk berjoget.

Pertunjukan wayang Bali yang baru pertama kali ditampilkan di London mengambil lakon Gugurnya nya Indrajit yang diambil dari cuplikan  episode Ramayana 'The Death of Indrajit' dengan diiringi musik gamelan Lila Cita secara live berlangsung kurang dari satu jam tapi berhasil menghibur  undangan.

"Fantastic", pertunjukan yang sangat menarik ," ujar penonton yang tidak saja dari kalangan tua tetapi juga muda seperti dua pemuda yang membawa gitar ternyata seniman musik rock.

Sebelum pagelaran Wayang Kulit Bali dalam pertunjukkan kesenian Indonesia yang bertema  "Bali di Westminster" juga tampil tari Bali, Panji Semirang, yang para penarinya dari Centre for Asian Theatre yang terdiri atas  berbagai negara   dibawakan dengan iringan gamelan  Lila Cita yang sebagian anggota nya warga Inggris.

Prof I Nyoman Sedana, gurubesar teater di ISI Denpasar kepada Antara London mengatakan bahwa penampilan wayang kulit Bali tidak saja pertunjukan wayang yang menghibur tetapi juga mempunyai  filaafat, yaitu sebagai persembahan kepada sang pencipta, ritual, seremonial dan juga juga hiburan.

Diakuinya pertunjukan wayang kulit dengan lakon The Death of Indrajit' mempunyai pelajaran yang dalam yaitu Indrajit yang respek pada sang ayah Rahwana  namun akhirnya terbunuh dalam peperangan di Alengka yang sebenarnya salah Rahwana yang mengobankan sang anak.

Merasa senang
Sementara itu Prof Matthew Isaac Cohen, dosen  di Royal Holloway University of London ( RHUL) yang dikenal dengan dalang bule itu mengakui bahwa ia merasa senang bisa mendapat kehormatan mendalang besama seorang maestro seperti Prof I Nyoman Sedana.

Matthew Isaac Cohen yang biasa mendalang wayang golek Cirebonan dan wayang kulit gaya Jawa mengakui mendalang bersama prof  Sedana sangat dinamis berbeda dengan wayang dari Yogya dan Solo, meskipun ada beberapa kesalahan  dilakukannya namun tidak mengganggu jalannya pertunjukkan, akunya.

"Pertunjukkan yang baru pertama kali dan bersejarah tentunya,"ujar prof Cohen yang belajar mendalang pertama kalinya tahun 1988.

Atase Pendidikan KBRI London,  Endang Aminuddin Aziz menyampaikan kehadiran  Prof I Nyoman Sedana, gurubesar teater di ISI Denpasar di Inggris adalah mengikuti  program residensi di Royal Holloway University of London ( RHUL) sejak Januari dan  berakhir 30 Maret .

Program ini merupakan bagian dari program seniman yang diselenggarakan kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI London, sebagai kelanjutan dari program yang sama yang sudah digulirkan di tahun 2017 dan memperoleh sukses dan sambutan luar biasa dari masyarakat, ujarnya.  Selain di RHUL, Prof Sedana juga bekerja sama dengan University of Essex dan beberapa kelompok gamelan dan tari Bali, seperti Lila Bhawa dan Lila Chita, mengajarkan tari, wayang, dan gamelan Bali.

Selain mengajar, Prof Sedana pbekerja sama dengan Prof Matthew Cohen sedang menelaah buku karya Matthew Cohen tentang esensi bermain teater dalam masyarakat Bali.

Beberapa pertunjukan sudah dilakukan sepanjang pelaksanaan program ini, termasuk di Royal Holloway, di KBRI, dan juga di LSO (London Symphony Orchestra), Barbican. Komunitas pegiat seni Bali sangat berharap agar Atdikbud dapat melanjutkan program ini ke depan, demikian Prof Endang Aminuddin Aziz .

Pewarta: Zeynita Gibbons

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018