Jakarta (Antaranews Babel) - DPR RI menegaskan bahwa agresi yang dilakukan militer Israel terhadap warga Palestina harus segera dihentikan, dan Republik Indonesia selalu konsisten dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina di forum internasional.
"Lobi politik harus digencarkan untuk mengembalikan kemerdekaan dan menghentikan penderitaan rakyat Palestina," kata Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong di Jakarta, Senin.
Menurut dia, sejak Israel menjajah Palestina pada tahun 1948, rakyat Palestina terus terdesak keluar dari Tanah Airnya sendiri, sehingga negara Palestina harus berdiri.
Politisi PAN itu juga mengingatkan Amerika Serikat agar jangan selalu membeli Israel karena kejahatan yang dilakukan negara Zionis itu telah sangat nyata.
Ia menegaskan Indonesia bersama negara-negara Islam lainnya akan selalu menyuarakan kemerdekaan Palestina.
Sebagaimana dikutip kantor berita Reuters, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman pada Minggu (1/4) menolak desakan untuk menggelar penyelidikan terkait pembunuhan terhadap 15 pengunjuk rasa asal Palestina oleh tentara pada Jumat lalu di daerah perbatasan Gaza-Israel.
Hamas, kelompok dominan di Gaza, mengatakan bahwa lima orang yang tewas adalah anggota dari sayap bersenjata mereka. Sementara Israel memberikan keterangan berbeda dengan mengatakan delapan dari 15 korban adalah anggota Hamas, organisasi yang masuk ke dalam daftar hitam terorisme Israel.
Menanggapi insiden itu, Sekretaris Jenderal PBB Anonio Guterres mendesak adanya penyelidikan independen terkait pertumpahan darah pada Jumat (30/3).
Tuntutan itu kemudian diulangi oleh kepala badan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, Amnesti Internasional, dan partai oposisi sayap kiri di Israel Meretz.
Puluhan ribu warga Palestina berkumpul pada Jumat (30/3) di sepanjang pagar pembatas antara Gaza dan Israel. Mereka mendirikan tenda-tenda dan berencana untuk menggelar demonstrasi selama enam pekan berturut-turut untuk menuntut kembalinya pengungsi Palestina dan keturunannya di wilayah Israel.
Namun sebagian di antara mereka tidak mengindahkan seruan dari pemimpin demonstran untuk menjauh dari pagar pembatas.
Pihak militer mengatakan bahwa beberapa di antara korban, telah menembakkan senjata api ke arah tentara, menggelindingkan ban roda yang terbakar, dan melempar batu serta bom molotov ke arah perbatasan.
"Penggunaan amunisi mematikan harus menjadi bagian dari investigasi yang independen dan transparan," kata Mogherini dalam pernyataan tertulis pada Sabtu (31/3).
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Lobi politik harus digencarkan untuk mengembalikan kemerdekaan dan menghentikan penderitaan rakyat Palestina," kata Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong di Jakarta, Senin.
Menurut dia, sejak Israel menjajah Palestina pada tahun 1948, rakyat Palestina terus terdesak keluar dari Tanah Airnya sendiri, sehingga negara Palestina harus berdiri.
Politisi PAN itu juga mengingatkan Amerika Serikat agar jangan selalu membeli Israel karena kejahatan yang dilakukan negara Zionis itu telah sangat nyata.
Ia menegaskan Indonesia bersama negara-negara Islam lainnya akan selalu menyuarakan kemerdekaan Palestina.
Sebagaimana dikutip kantor berita Reuters, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman pada Minggu (1/4) menolak desakan untuk menggelar penyelidikan terkait pembunuhan terhadap 15 pengunjuk rasa asal Palestina oleh tentara pada Jumat lalu di daerah perbatasan Gaza-Israel.
Hamas, kelompok dominan di Gaza, mengatakan bahwa lima orang yang tewas adalah anggota dari sayap bersenjata mereka. Sementara Israel memberikan keterangan berbeda dengan mengatakan delapan dari 15 korban adalah anggota Hamas, organisasi yang masuk ke dalam daftar hitam terorisme Israel.
Menanggapi insiden itu, Sekretaris Jenderal PBB Anonio Guterres mendesak adanya penyelidikan independen terkait pertumpahan darah pada Jumat (30/3).
Tuntutan itu kemudian diulangi oleh kepala badan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, Amnesti Internasional, dan partai oposisi sayap kiri di Israel Meretz.
Puluhan ribu warga Palestina berkumpul pada Jumat (30/3) di sepanjang pagar pembatas antara Gaza dan Israel. Mereka mendirikan tenda-tenda dan berencana untuk menggelar demonstrasi selama enam pekan berturut-turut untuk menuntut kembalinya pengungsi Palestina dan keturunannya di wilayah Israel.
Namun sebagian di antara mereka tidak mengindahkan seruan dari pemimpin demonstran untuk menjauh dari pagar pembatas.
Pihak militer mengatakan bahwa beberapa di antara korban, telah menembakkan senjata api ke arah tentara, menggelindingkan ban roda yang terbakar, dan melempar batu serta bom molotov ke arah perbatasan.
"Penggunaan amunisi mematikan harus menjadi bagian dari investigasi yang independen dan transparan," kata Mogherini dalam pernyataan tertulis pada Sabtu (31/3).
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018