Tangerang (Antaranews Babel) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris, Komjen Pol Suhardi Alius menyatakan masyarakat jangan menyisihkan para mantan narapidana teroris karena mereka juga butuh untuk hidup dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

"Ini akan bahaya bila mereka dimarjinalkan, paham radikal dapat disebarkan baik secara langsung maupun melalui dunia maya," kata Suhardi Alius di Tangerang, Banten, Rabu.

Suhardi mengatakan pada acara penutupan Pelatihan Duta Damai di Dunia Maya Provinsi Banten dalam rangka pencegahan terorisme.

Dalam acara tersebut Suhardi juga mengukuhkan 60 remaja Banten sebagai peserta dan mereka membuat lima webdite yakni benteng.dutadamai.id, ruangriung.id, jawara.dutadamai.id, culasatu.id, dan sorosuwan.id.

Namun kelima website yang dibuat para remaja tersebut merupakan nama dari kearifkan lokal khas Banten.

Kelima website itu akan bergabung dengan Pusat Media Damai (PMB BNPT) dalam menyuarakan perdamaian dalam rangka pencegahan terorisme di dunia maya.

Bahkan lima web site tersebut menjadi mitra strategis PMB BNPT dalam menyemarakan konten damai. Setelah itu diharapkan menghasilkan produk kongkrit dalam pencegahan terorisme baik di dunia maya maupun dunia nyata.

"Mereka akan otomatis tergabung dengan ratusan duta damai yang telah ada sebelumnya," kata mantan jurubicara Mabes Polri itu.

Ini merupakan pelatihan yang ketiga setelah terbentuk 53 kelompok duta damai dunia maya yang tersebar pada 10 provinsi dengan jumlah anggota mencapai 660 orang.

Sebelumnya kegiatan digelar di Sumatera Utara, Sulawaesi Selatan DKI Jakarta, Jawa tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat.

Setelah dilantik maka duta damai itu akan melaksanakan kegiatan positif baik online maupun offline dan berharap dukungan dari pemerintah daerah untuk membantu kelancaran kegiatan mereka di tiap daerah.

Suhardi mengatakan bila mantan napi terorisme dimarjinalkan mereka akan bertindak secara nyata atau melalui dunia maya, karena paham mereka belum hilang.

Para mantan napi tersebut menyebarkan paham radikal dengan sasaran para remaja adalah karena pemikiran masih labil, ini sangat berbeda dengan orang tua atau orang dewasa.

Saat ini remaja lebih banyak menonton video dengan kekerasan dan radikalime ini banyak ditemui di dunia maya, untuk itu perlu ada upaya pencegahan.

Pewarta: Adityawarman(TGR)

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018