Jakarta (ANTARA News) - Atlet atletik nasional Lalu Muhammad Zohri yang mencatatkan sejarah sebagai juara dunia ternyata masih tinggal di sebuah rumah renta di kampung halamannya, Dusun Karang Pangsor, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

"Iya, sampai sekarang kondisi rumah masih sama," kata kakak Lalu, Fazilah ketika dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.

Fazilah mengatakan rumah yang berlokasi di Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara itu selalu dipakai Lalu ketika kembail ke kampung halamannya.

"Kami sudah pernah mengajukan bantuan ke Kepala Desa dulu. Tapi, nama kami tidak pernah keluar," kata tentang kondisi rumah peninggalan kedua orang tuanya itu.

Meskipun masih menempati rumah itu, anak bungsu dari empat bersaudara itu sesekali juga tinggal bersama saudaranya yang lain.

Putra pasangan almarhum Lalu Ahmad Yani dan almarhumah Saeriah itu bercita-cita memperbaiki rumah di kampung halamannya jika telah mencapai kesukesan.

"Belum. Dia akan memperbaiki rumah orang tua setelah benar-benar sukses," kata Fazilah yang menambahkan karakter atlet berusia 18 tahun itu sebagai sosok pendiam.
 
Lalu, menurut Fazilah, berencana membeli tanah di luar kampungnya di Dusun Karang Pangsor jika sudah mampu.

"Kami tidak pernah mengetahui masalah pribadi Lalu. Dia tidak ingin menyusahkan kakak-kakaknya atau keluarganya yang lain. Dia akan berusaha sendiri selama dia mampu," ujar kakak sulung itu.

Sebelum meninggal, ayah Lalu Muhammad Zohri pernah mendoakan agar putranya selalu sukses mencapai cita-citanya.

Lalu Muhammad Zohri meraih gelar juara dunia lari 100 meter putra U-20 yang berlangsung di Tampere, Finlandia, Rabu malam (11/7) waktu setempat.

Baca juga: Bupati Lombok Utara akan perbaiki rumah Zohri
Baca juga: Lalu Muhammad Zohri pernah berlatih telanjang kaki
Baca juga: Kemenpora siapkan bea siswa untuk Lalu Muhammad Zohri
Baca juga: Menpora: Lalu Muhammad Zohri akan dapatkan bonus
Baca juga: Lalu Muhammad Zohri sabet juara dunia lari 100 meter di Finlandia
 
Atlet asal Lombok, Nusa Tenggara Barat itu, dalam keterangan tertulis Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) yang diterima Antara di Jakarta, Kamis, berhasil melewati garis finis dengan catatan waktu 10,18 detik.

Lalu mengalahkan dua atlet Amerika Serikat Anthony Schwartz dan Eric Harrison yang menempati peringkat dua dan tiga dengan catatan waktu masing-masing 10,22 detik.

Catatan waktu Lalu 10,18 detik itu sekaligus memecahkan rekor nasional junior atas namanya sendiri 10,25 detik. Rekor waktu 10,18 detik itu juga mendekati rekor nasional senior atas nama Suryo Agung Wibowo 10,17 detik.

Pencapaiannya pria kelahiran 1 Juli 2000 itu merupakan sejarah baru dalam cabang olahraga atletik Indonesia. Sebelumnya, Indonesia mencatatkan prestasi terbaik di nomor lari 100 meter pada kejuaraan yang sama di tahun 1986 dengan mencapai finish ke-8 di babak penyisihan.

VIDEO:
 

Pewarta: Imam Santoso

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018