Toboali (Antaranews Babel) - Para petani di Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluhkan harga karet murah sehingga mereka kesulitan memenuhi kebutuhan pokok dan biaya sekolah anak yang tinggi.
"Saat ini harga karet Rp4.000 per kilogram dan tidak sebanding dengan biaya perawatan serta pengolahan getah yang tinggi," kata salah seorang petani karet, Billy di Toboali, Selasa.
Meskipun harga karet murah, Belly bersama istrinya Ike tetap tekun menyadap getah karet yang sudah dilakoninya belasan tahun, untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya.
"Hasil ngaret sekarang hanya cukup untuk makan saja. Ya mau bagaimana lagi tidak ada lagi pekerjaan lain. Sekarang karet sekilonya empat ribu, sedangkan harga tawas yang dipakai untuk membekukan karet sudah Rp5.000," ujarnya.
Ia berharap pemerintah daerah, provinsi dan legislatif duduk bersama mencari solusi dan jalan keluar agar harga karet bisa stabil seperti 2008 yang mencapai Rp11.000 perkilogram. Baginya angka ini setara dengan bahan kebutuhan pokok.
Harga ini tentu tak sebanding dengan harga keutuhan pokok yang setiap saat terus merangkak naik. Untuk itu warga Teladan Kecamatan Toboali ini berharap harga karet paling tidak setara dengan harga sembako.
"Kalau bisa harapan kami harga karet sama dengan harga beras Rp11.000 per kilogram. Masa harga karet Rp4.000 sedangkan harga beras sudah Rp12.000," katanya.
Menurut dia lesunya harga komoditi karet membuat Ike tak berniat memperluas kebun karet miliknya. Justru saat ini jumlah pohon dan kebun karet miliknya semakin sedikit.
"Kalau dulu banyak hampir 500 batang, kalau sekarang paling cuma tinggal 200 batang," katanya.
Demikian juga Yayan, petani karet asal Desa Gadung Toboali, juga mengeluh dengan turun drastinya harga komoditi tersebut.
"Sejak beberapa tahun silam harga karet kian terjun bebas. Bahkan kini diangka yang kian memprihatinkan yakni Rp 4.000 perkilogram," katanya.
Ia berharap harga karet merangkak minimal dua kali lipat dari harga sekarang. Paling tidak dengan angka tersbut, petani masih bisa menyisihkan pendapatannya.
"Kalau bisa dua kali lipat dari harga sekarang. Jadi para petani selain bisa memenuhi kebutuhan pokok, operasional juga bisa menyisihkan pendapatan dari hasil panen karet itu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Saat ini harga karet Rp4.000 per kilogram dan tidak sebanding dengan biaya perawatan serta pengolahan getah yang tinggi," kata salah seorang petani karet, Billy di Toboali, Selasa.
Meskipun harga karet murah, Belly bersama istrinya Ike tetap tekun menyadap getah karet yang sudah dilakoninya belasan tahun, untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya.
"Hasil ngaret sekarang hanya cukup untuk makan saja. Ya mau bagaimana lagi tidak ada lagi pekerjaan lain. Sekarang karet sekilonya empat ribu, sedangkan harga tawas yang dipakai untuk membekukan karet sudah Rp5.000," ujarnya.
Ia berharap pemerintah daerah, provinsi dan legislatif duduk bersama mencari solusi dan jalan keluar agar harga karet bisa stabil seperti 2008 yang mencapai Rp11.000 perkilogram. Baginya angka ini setara dengan bahan kebutuhan pokok.
Harga ini tentu tak sebanding dengan harga keutuhan pokok yang setiap saat terus merangkak naik. Untuk itu warga Teladan Kecamatan Toboali ini berharap harga karet paling tidak setara dengan harga sembako.
"Kalau bisa harapan kami harga karet sama dengan harga beras Rp11.000 per kilogram. Masa harga karet Rp4.000 sedangkan harga beras sudah Rp12.000," katanya.
Menurut dia lesunya harga komoditi karet membuat Ike tak berniat memperluas kebun karet miliknya. Justru saat ini jumlah pohon dan kebun karet miliknya semakin sedikit.
"Kalau dulu banyak hampir 500 batang, kalau sekarang paling cuma tinggal 200 batang," katanya.
Demikian juga Yayan, petani karet asal Desa Gadung Toboali, juga mengeluh dengan turun drastinya harga komoditi tersebut.
"Sejak beberapa tahun silam harga karet kian terjun bebas. Bahkan kini diangka yang kian memprihatinkan yakni Rp 4.000 perkilogram," katanya.
Ia berharap harga karet merangkak minimal dua kali lipat dari harga sekarang. Paling tidak dengan angka tersbut, petani masih bisa menyisihkan pendapatannya.
"Kalau bisa dua kali lipat dari harga sekarang. Jadi para petani selain bisa memenuhi kebutuhan pokok, operasional juga bisa menyisihkan pendapatan dari hasil panen karet itu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018