Pangkalpinang  (Antaranews Babel) - Ribuan petani dan gabungan organisasi masyarakat serta mahasiswa se-Bangka Belitung melakukan unjuk rasa di perkantoran Gubernur Babel, guna mengingatkan pemerintah agar kebijakan yang dikeluarkan terkait sektor pertanian perkebunan berpihak pada masyarakat dan lingkungan.

"Dalam rangka Hari Petani Nasional (Petnas) ini kita datang untuk mengingatkan kembali bahwa Babel di ambang kehancuran, dan hadirnya kita disini unyuk melindungi apa yang kita miliki serta menuntut pemerintah untuk membuat kebijakan yang memihak pada masyarakat dan lingkungan," kata perwakilan dari Walhi Babel, Zulpriadi di Pangkalpinang, Senin.

Ia mengatakan aksi unjuk rasa ini dilakukan oleh para petani, organisasi masyarakat dan mahasiswa untuk mempertanyakan kenapa harga komoditas di Babel, terkait sawit, lada dan karet menurun, sedangkan harga dollar melonjak naik.

Selain itu, petani dan masyarakat juga menuntut pemerintah daerah untuk segera mencabut izin Hutan Tanam Industri (HTI) oleh PT BRS dan mencabut HGU PT BPL dan PT WLT karena meresahkan masyarakat.

"Kita mendesak Pak Gubernur untuk mengakomodir tuntutan kita dan menyetujui draft yang sudah kami buat," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Babel, Toni Batubara mengatakan, pemerintah provinsi memfasilitasi dan siap mengakomodir apa tuntutan dari para petani, khususnya yabg berhubungan dengan PT.BPL dan PT.WLT.

"Kami siap memfasilitasi dan mengakomodir kepentingan masyarakat. Terkait izin HTI dan pencabutan HGU kita sudah menyurati kementrian, hanya dari Kementrian yang belum merespon dan kita akan terus menindaklanjuti ini," ujarnya.

Toni menambahkan, terkait melemahnya harga komoditas, pemerintah daerah sudah melakukan berbagai upaya seperti membangun pabrik sawit karena banyaknya panen sawit petani saat ini membuat pabrik sawit yang ada tidak dapat menampung semua sawit masyarakat.

"Harga sawit murah karena sawit panennya booming, sementara pabrik todam menampung sebanyak itu, jadi solusi kita membangun pabrik dan pabrik sawit yang sudah ada kita minta dapat menampung 40-50 ton perjam, karena selama ini hanya 30 ton perjam," ujarnya.

Sedangkan untuk harga komoditas lada dan karet yang menurun karena produksi sektor pertanian Babel masih berbiaya tinggi seperti yajar lada yang harganya Rp 30-40 ribu, beda dengan tiang panjat hifup atau kapuk yang hanya Rp 3.500.

"Produksi komoditas pertanian kita khususnya lada masih berbiaya tinggi. Ini akan terus kita tejan, namun yang harus diketahui masyarakat, meski harga tiga komoditas ini rendah, namun pertanian kita masih bagus," ujarnya.

Pewarta: Elza Elvia

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018