Pangkalpinang (Antaranews Babel) - Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat 306 desa dan kelurahan pada 2018 terkena bencana banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan dan kekeringan, karena tingkat kerusakan lingkungan yang cukup parah.

"Saat ini bencana alam masih menjadi masalah dan menjadi perhatian pemerintah daerah dalam menimalisir bencana ini," kata Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel Darwis Sitorus di Pangkalpinang, Kamis.

Ia menjelaskan pada tahun ini kejadian bencana terbesar di daerah ini adalah banjir. Sebanyak 186 dari 306 desa/kelurahan terendam banjir karena kerusakan lingkungan hutan, pendangkalan sungai, saluran air masyarakat tidak baik dan lainnya.

Selanjutnya, angin puyuh, puting beliung, topan terjadi di 66 desa/kelurahan dan kebakaran hutan dan lahan 30 desa, dan kekeringan terjadi 24 desa/kelurahan, sehingga perlu upaya dalam meningkatkan pendidikan dan penumbuhan kesadaran masyarakat dalam mencegah bencana tersebut.

"Saat ini pada curah hujan sedang sudah terjadi genangan air yang cukup tinggi, karena saluran air masyarakat kurang baik dan ditambah pasang air laut yang tinggi pada akhir tahun ini," ujarnya.

Ia mengatakan untuk mengatasi bencana alam tersebut, pemerintah perlu meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan iklim. 

"Saat ini jumlah desa dengan upaya mitigasi bencana alam antara lain terdapat 9 desa/kelurahan yang ada sistem peringatan dini bencana alam," katanya.

Selanjutnya, jalur evakuasi bencana warga sudah ada 14 desa/kelurahan, serta perlengkapan keselamatan 26 desa/kelurahan. Sementara itu, tidak ada desa dengan sistem peringatan dini khusus tsunami.

"Saat ini belum ada desa yang memiliki sistem peringatan dini tsunami, karena potensi bencana alam itu relatif kecil terjadi di daerah ini," ujarnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018