Palu (ANTARA) - Ratusan kera hitam saban hari berkeliaran di jalur mudik Trans Sulawesi Taweli-Toboli yang lebih dikenal sebagai kawasan "Kebun Kopi" sehingga mengundang perhatian pengendara yang melintas di jalur cukup ramai itu.
Berdasarkan pantauan ANTARA, Jumat, kera dari yang kecil sampai besar tersebut terlihat jinak. Sebelumnya, ketika ruas jalan nasional itu belum semulus sekarang, kera jarang terlihat. Kalau pun ada, biasanya mereka hanya bergantungan di pohon-pohon di pinggiran jalan.
Akan tetapi, sekarang kera-kera itu berkeliaran dengan bebas di badan jalan. Ketika ada kendaraan yang melintas, mereka berlari ke pinggir jalan.
Oleh karena terlihat jinak, setiap kali pengendara melintas di beberapa titik yang selama ini menjadi tempat kera berkeliaran, mereka turun dari kendaraan dan mengambil gambar.
Bahkan, ada yang memberi mereka makanan, seperti roti dan pisang.
Oleh karena sudah sering seperti itu, kera-kera tersebut setiap pagi dan menjelang sore hari telah menunggu di pinggir jalan untuk mendapatkan makanan dari pengendara yang melintas di jalan.
Rini (21), seorang pemudik, mengatakan kemungkinan besar kera-kera turun ke jalan karena kesulitan mendapatkan makanan di dalam hutan kawasan tersebut.
Apalagi, dalam kurun beberapa tahun terakhir, jalur Trans Sulawesi itu terus diperlebar, sedangkan pohon-pohon di sekitarnya ditebang guna kepentingan pembangunan jalan tersebut.
Selain itu, di kawasan "Kebun Kopi" semakin banyak warga membuka lahan kebun sehingga hutan semakin berkurang fungsinya.
"Ini salah satu yang menyebabkan kera turun ke jalan agar bisa mendapatkan makanan," katanya.
Faridah, seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng selain mengaku senang bisa mudik ke kampung halamannya pada Lebaran tahun ini, juga senang ketika melintas di kawasan itu ada segerombolan kera berkeliaran di pinggir jalan.
"Ini suatu pemandangan yang unik, sebab biasanya kera takut sama suara kendaraan dan orang. Tapi justru kera yang ada di beberapa titik pada jalur Trans Sulawesi sangat jinak dan bisa didekati orang yang melintas," kata mahasiswi asal Kabupaten Tolitoli itu.
Namun, mereka yang mendekati kera-kera tersebut tetap harus waspada, karena pernah kejadian di mana seorang perempuan mengabadikan kera-kera itu dengan telepon selulernya, tetapi seekor kera melompat dan membawa kabur perangkat itu.
Kera itu langsung berlari masuk hutan, sedangkan pemilik telepon seluler tidak bisa berbuat apa-apa.