Pangkalpinang (ANTARA) - Pegiat lingkungan Bangka Flora Society (BFS) dan Salam Alam (Salam) Upang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menanam 142 jenis anggrek guna melestarikan tanaman khas daerah itu yang mengalami kelangkaan.
"Pelestarian anggrek ini difokuskan di kawasan wisata 'biodiversity' Sungai Upang Desa Tanah Bawah, Kecamatan Puding Besar," kata Ketua Bangka Flora Society, Dian Rossana Angraini, di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan penanaman 142 jenis anggrek langka itu merupakan rangkaian kegiatan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan peringatan Hari Degradasi Lahan yang jatuh pada 17 Juni 2019 dengan harapan dapat mengembalikan kelestarian flora khas daerah tersebut.
Sebanyak 142 anggrek yang ditanam di antara jenis Phalaenopsis sumatrana, Bulbophyllum limbatum , Dendriboum peradii , Ryncostyllus retusa (vanda ekor tupai), Arundina grammyniflora, Maxilaria, Trixpermum, Oncydium, dan Catlya.
Sebanyak 75 di antara 142 pohon anggrek yang ditanam bersama Pemerintah Desa Tanah Bawah merupakan sumbangan dari keluarga almarhumah Elsye Taufiq Rani, tiga di antaranya merupakan anggrek favorit almarhumah, yakni Phalaenopsis Sumatrana, Ryncostyllus retusa, dan Maxilaria.
"Kita bersama Pemdes Tanah Bawah dan Salam Upang melakukan konservasi terhadap spesies anggrek dan pemulihan lahan di kawasan Sungai Upang berupa penanaman anggrek di pulau anggrek kawasan wisata Biodiversity Sungai Upang," ujarnya.
Ia menjelaskan kegiatan itu sebagai wujud karya BFS bersama sahabat alamnya untuk pelestarian dan penyelamatan serta pemulihan terhadap keberadaan spesies anggrek Babel.
Konservasi anggrek, katanya, juga upaya pemberian nama pulau anggrek sebagai magnet wisata "biodiversity" di Sungai Upang, yakni Pulau Anggrek Elsye Lestari, untuk mengenang jasa almarhumah Elsye Lestari Taufiq Rani yang telah mendedikasikan hidupnya untuk pelestarian dan penyelamatan anggrek Bangka Belitung.
Kades Tanah Bawah Holidi mengapresiasi Bangka Flora Society dan Komunitas Salam Upang yang telah menyelanggarakan kegiatan itu.
"Kami berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan kawasan wisata Sungai Upang dengan menyisihkan anggaran desa untuk pengembangan wilayah pariwisata desa," katanya.
Ia berharap, gerakan itu meningkatkan kepedulian kalangan muda-mudi untuk melestarikan lingkungan.
"Kegiatan seperti ini rutin kami laksanakan sepanjang tahun untuk melestarikan sekaligus mengembangkan kawasan wisata 'biodiversity' Sungai Upang agar lebih menarik," katanya.