Simpang Teritip, 19/1 (ANTARABabel) - Warga Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat, memanfaatkan lahan pekarangan untuk mengembangkan tanaman buah naga yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi.
"Untuk tahap awal saya coba di sekitar pekarangan rumah dengan menanam sekitar 125 batang, namun tidak menutup kemungkinan jika berhasil akan dikembangkan lebih luas," ujar Suparjo (51) di Simpang Teritip, Sabtu.
Ia mengatakan, uji coba pembudidayaan buah naga yang dimulai sekitar dua tahun lalu itu, saat ini sudah banyak yang berbuah dan ada sebagian hasil panennya yang sudah mulai diperdagangkan.
"Lumayan untuk mengisi waktu luang sekaligus memanfaatkan lahan tidur di sekitar rumah tinggal,hasilnya pun sudah bisa dinikmati karena harga buah naga di daerah itu masih cukup mahal yaitu sekitar Rp20.000 hingga Rp30.000 per butir kualitas super," ujarnya.
Ia mengatakan, modal awal penanaman buah naga memang cukup besar, terutama untuk pembuatan junjung atau tiang penyangga tanaman jenis kaktus-kaktusan tersebut, yaitu sekitar Rp150.000 per junjung.
"'Kami menggunakan junjung dari semen cor dengan diberi besi penguat di dalamnya karena tanaman ini butuh penyangga yang cukup kokoh agar tidak tumbang terkena angin atau hujan deras," kata dia.
Ia mengaku, untuk keersediaan bibit buah naga di pasaran pihaknya masih kesulitan karena sangat jarang penyedia bibit tanaman yang memiliki stok bibit durian, biasanya mereka mengambil dari luar daerah.
"Kami sampai saat ini masih kesulitan mencari bibit sendiri, sehingga terpaksa memberdayakan pohon yang sudah ada untuk dijadikan pohon indukan," katanya.
Menurut dia, struktur tanah di daerah itu berpasir, sangat cocok untuk pengembangan tanaman buah itu.
"Memang penggunaan pupuknya jadi agak banyak untuk mengimbangi kebutuhan pohon. Kami biasa menggunakan pupuk kombinasi antara pupuk kimia dengan organik," kata dia.
Dia mengatakan, di daerah itu baru dia satu-satunya petani yang mengembangkan buah naga.
Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan, Saukani, membenarkan bahwa di daearah itu memang belum ada petani yang fokus mengambangkan buah naga sehingga produksinya minim.
"Selain itu kemungkinan petani juga belum terbiasa dengan tanaman tersebut sehingga masih ragu-ragu untuk menanamnya seiring modal awal cukup besar untuk memulai usaha tersebut," kata dia.
Ia mengatakan, sampai saat ini pemkab setempat belum akan fokus pada pengembangan buah naga, namun tidak menutup kemungkinan jika pangsa pasar dan keinginan masyarakat besar, hal itu akan ditempuh dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan petani.