Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengingatkan agar masyarakat mewaspadai zona sumber gempa di selatan Bali yang berpotensi menghasilkan gempa besar dan menimbulkan tsunami.
"Zona outer rise selatan Bali ini patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan, karena zona sumber gempa ini mampu memicu gempa besar dengan mekanisme turun sehingga dapat menjadi generator tsunami," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Pada Kamis dini hari, pukul 00.45 WIB, terjadi gempa tektonik yang mengguncang wilayah Bali, Lombok, Sumbawa Barat dan Jawa Timur. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa tersebut memiliki parameter magnitudo 6,3 dengan episenter terletak pada koordinat 11,4 LS dan 115,04 BT tepatnya di laut pada jarak 305 kilometer (km) arah selatan Kota Denpasar, Bali, pada kedalaman 10 km.
Gempa tersebut bersumber di zona outer rise Bali dan terjadi 12 kali gempa susulan hingga pukul 06.00 WIB yang dipicu oleh adanya aktivitas patahan tepat di Zona Palung Jawa (Java Trench). Karena patahan batuan terjadi pada bagian Lempeng Indo-Australia, maka gempa ini dapat disebut sebagai gempa intraslab,tetapi masih berada di zona sumber gempa di luar zona subduksi (outer rise).
Gempa yang bersumber di zona outer rise Bali tidak hanya sekali ini saja terjadi. Sebelumnya zona outer rise Bali pernah mengalami gempa signifikan sebanyak tiga kali, yaitu pada 9 Juni 2016 dengan magnitudo 6,0, pada 17 Maret 2017 dengan magnitudo 5,3, dan pada 9 Juni 2019 dengan magnitudo 5,1.
Salah satu contoh gempa dahsyat yang bersumber di zona outer rise di Indonesia yang pernah memicu tsunami mematikan adalah zona outer rise di selatan Sumbawa. "Sumber gempa ini memicu Tsunami Lunyuk, Sumbawa, pada 19 Agustus 1977. Saat itu gempa dahsyat M 8,3 yang oleh para ahli gempa populer disebut sebagai 'The Great Sumba' telah memicu terbentuknya patahah dasar laut dengan mekanisme turun sehingga memicu terjadinya tsunami setinggi sekitar delapan meter dan menewaskan lebih dari 300 orang," kata Daryono.
Zona sumber gempa outer rise juga pernah memicu tsunami mematikan di luar negeri, yaitu peristiwa Tsunami Sanriku di Jepang tahun 1933 yang dipicu oleh gempa dengan magnitudo 8,6. Tsunami ini menewaskan lebih dari 3.000 orang.
Selanjutnya adalah peristiwa tsunami Samoa di Pasifik yang terjadi pada 29 September 2009. Gempa kuat dengan magnitudo 8,1 di zona outer rise dekat subduksi Tonga juga memicu tsunami dahsyat yang menewaskan 189 orang.
"Catatan tsunami yang bersumber di luar zona subduksi di atas kiranya cukup untuk dijadikan pelajaran untuk kita semua bahwa zona outer rise (termasuk) di wilayah Indonesia merupakan zona gempa pemicu tsunami yang patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan," kata Daryono.