Jakarta (Antara Babel) - Komisi Pemberantasan Korupsi meluncurkan bus AntiCorruption Learning Center (ACLC) sebagai upaya menyebarkan nilai antikorupsi kepada masyarakat.
"Kita pernah medengar beberapa waktu lalu ketika KPK tetapkan SDA (Suryadharma Ali) sebagai tersangka beliau mengatakan tidak tahu kalau dia korupsi. KPK harus lebih gencar berkampanye apa itu korupsi. Kalau elit tidak paham bagaimana rakyat biasa?" kata Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja di gedung KPK Jakarta, Selasa.
Bus besar bercat hitam tersebut merupakan hasil kerja sama KPK dengan lembaga pemerintahan Jerman, GIZ (The Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit) yang dilengkapi dengan 11 perangkat komputer untuk peserta dan instruktur, televisi layar datar, sound system, layar besar berukuran 12 meter persegi, tenda hidrolik dan mini panggung.
"Kita tahu ada radio streaming, TV KPK untuk belajar antikorupsi. Sekarang ada bis yang cukup besar sebagai representasi KPK ketika datang ke daerah, jadi yang besar bukan hanya bis tahanan KPK tapi juga bis pencegahan KPK," tambah Pandu.
Tempat persinggahan pertama bus tersebut rencananya ke kota Yogya.
"Pada Sabtu-Minggu kami akan parkir di Taman Pintar Yogya sedangkan Senin-Jumat kami akan keliling ke kampus-kampus menjelaskan ke publik apa instrumen antikorupsi. Ada komputer, layar besar untuk memutar film antikorupsi sehingga tidak ada lagi yang tidak tahu apa itu korupsi," jelas Pandu.
Pemilihan sekolah dan kampus sebagai tempat singgah bus antikorupsi bertujuan untuk menciptaan generasi antikorupsi.
"Memang semua segmen akan disentuh, tapi semangatnya adalah memotong generasi karena makin tua usia, makin permisif terhadap korupsi. Kita berpikir menyentuh generasi muda agar tumbuh generasi antikorupsi. Kami pun sedang fokus di Yogyakarga karena kami ada penelitian mengenai nilai antikorupsi keluarga di Yogya. Yogya juga menduduki rating survei integritas paling baik karena masyarakat menerima nilai-nilai baru," jelas Pandu.
Menurut Pandu, harga bus tersebut cukup mahal yaitu 200 ribu euro atau Rp1,3 miliar.
"Bus ini mahal sekali. Kita berharap ketika masuk kota, jangan sampai dilempari batu oleh yang benci KPK," tambah Pandu.
Bus tersebut adalah unit ketiga yang dimiliki KPK sedangkan rencana tahun depan juga akan ada bus antikorupsi dari Kanada melalui program di Sulawesi.
Consuler Cooperation Development GIZ Denis Sertcan yang juga hadir dalam peresmian tersebut mengaku bus itu diharapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat.
"Tujuan pengadaan bus ini adalah agar masyarakat tahu apa sebenarnya korupsi itu, sehingga dapat dilakukan langkah pencegahan. Kami sudah bekerja sama selama dua tahun dan kami berterima kasih atas dukungan yang diberikan selama kerja sama," kata Denis.
Perwakilan GIZ, Mathias Muehle menilai strategi KPK menggunakan bus sebagai media kampanye dan sosialisasi adalah pendekatan yang bagus.
"Di Asia dan Eropa sejauh ini belum ada yang menggunakan cara ini dalam pemberantasan korupsi," kata Mathias dalam acara yang sama.