Jakarta (ANTARA) - Pemberlakuan new normal atau normal baru bergantung pada kondisi epidemiologi daerah masing-masing dan tidak akan dilaksanakan secara serempak, kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto.
"Kita tidak menganggap kenormalan baru itu ibarat bendera start untuk sebuah lomba lari, semua langsung bergerak bersama-sama. Tidak. Sangat tergantung kepada kondisi epidemiologis masing-masing daerah dan menjadi keputusan kepala daerahnya," kata Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Minggu.
Yurianto menegaskan bahwa kenormalan baru tidak akan secara langsung diberlakukan pada semua aspek dan bidang tanpa adanya sosialisasi, edukasi dan simulasi penerapan.
Penerapan normal baru akan diputuskan oleh pemerintah daerah setelah mendapatkan laporan kajian beberapa indikator seperti laporan epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan yang dikaji Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Dalam kriteria epidemiologi perlu dipastikan daerah tersebut sudah berhasil menurunkan jumlah kasus selama dua pekan berturut-turut sejak puncak terakhir dengan besaran lebih dari 50 persen.
Jika kasus positif masih ada, maka harus dilihat paling tidak penambahan kasus positif rata-rata harus menurun 50 persen dari kasus yang diperiksa. Selain itu harus terjadi penurunan jumlah kematian.
Yurianto juga menegaskan akan dilihat kasus positif yang dirawat dalam dua pekan terakhir dan sistem pengawasan kesehatan yang diberlakukan.
Pertimbangan-pertimbangan itu akan disampaikan kepada bupati/wali kota untuk menjadi dasar pembicaraan dengan jajaran pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan pihak terkait apakah akan mengaplikasikan normal baru.
Jika memutuskan untuk diberlakukan, maka pemda harus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan memastikan mereka memahami betul protokol kesehatan yang wajib dijalankan selama normal baru.
Ketika ada pemahaman maka perlu dilakukan simulasi di masyarakat untuk memastikan pelaksanaannya berjalan dengan baik.
"Oleh karena itu bukan sesuatu yang mudah, yang kemudian secara sepihak dinyatakan bahwa kenormalan baru dilakukan. Tentunya harus melalui sosialisasi, edukasi dan simulasi," tegas Yurianto.
Berita Terkait
Jenazah Achmad Yurianto dimakamkan di samping pusara ibunda
22 Mei 2022 14:01
Jubir: Pasien sembuh capai 45.401 orang dari 86.521 kasus positif COVID-19
19 Juli 2020 20:20
Jubir: Pasien sembuh COVID-19 bertambah 576 jadi 21.909 orang
27 Juni 2020 16:35
Pasien sembuh dari COVID-19 bertambah 885 jadi 21.333 orang
26 Juni 2020 16:53
Ada dokter Reisa, Achmad Yurianto terbantu edukasi kebiasaan baru
19 Juni 2020 16:22
Jubir COVID-19: Sakit itu pilihan tapi sehat itu kewajiban
19 Juni 2020 08:37
Jubir: Pasien sembuh COVID-19 bertambah 563 orang
13 Juni 2020 18:23