Jakarta (ANTARA) - Pakar autoimun sekaligus Ketua Pimpinan Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia Prof. Iris Rengganis mengatakan penyakit autoimun pada umumnya lebih banyak menyerang perempuan dibandingkan laki-laki.
"Kebanyakan perempuan. Karena faktor hormonal," kata dia saat diskusi daring dengan tema mitos seputar autoimun yang di pantau di Jakarta, Senin.
Oleh karena itu, pada saat dia hamil, menstruasi atau di leher akan ada gangguan hormonal sehingga terjadilah penyakit tersebut. Kemudian, kata dia, bagaimana cara seseorang mengetahui apabila terkena penyakit autoimun. Sebab, penyakit tersebut tidak khas.
"Gejalanya timbul satu persatu. Sehingga pada tahap awal kita tidak bisa mendiagnosis sebagai suatu dianogsa, baru hanya bisa mengatakan suatu gejala saja," kata Prof. Iris sapaan akrabnya.
Namun, apabila gejala-gejala tersebut telah terkumpul dan menjadi suatu kesatuan kriteria maka baru bisa didiagnosa termasuk penyakit autoimun.
Gejala-gejala penyakit tersebut misalnya panas tubuh seseorang yang naik turun tidak jelas, lelah, lesu, lemah bahkan rambut rontok.
Salah satu gejala autoimun yang cukup sering dijumpai ialah penderita lupa dengan nama seseorang padahal ia kenal, termasuk pula salah dalam mengucapkan suatu kalimat.
"Itu yang sering terjadi pada penyakit autoimun. Gejala ini sering kali orang tidak sadar," kata Ketua Dewan Pembina Marisza Cardoba Foundation tersebut.
Untuk mengatasi penyakit autoimun, Prof Iris menyarankan agar penderita atau yang mulai merasakan gejala supaya melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter penyakit dalam.