Presiden Real Madrid Florentino Perez mengumumkan keputusan pemecatan Ancelotti setelah manajemen klub papan atas La Liga itu menggelar rapat direksi. Keputusan itu didasari hasil negatif Los Blancos selama menjalani musim 2014/15 dengan serangkaian kegagalan meraih juara Divisi Primera, Copa del Rey, dan Liga Champions.
Setelah keluar sebagai juara kesembilan kali Piala Eropa pada 2002, Merengues benar-benar kepincut meraih La Decima. Gagal di babak semi-final di tiga musim berturut-turut antara musim 2010/11 dan 2012/13, Ancelotti lantas didapuk dapat mengembalikan pamor klub.
"Momen ini begitu istimewa, seperti layaknya Piala Dunia," kata penjaga gawang Iker Casillas ketika melukiskan pentingnya gelar Liga Champions bagi Madrid.
Selain itu, Madrid mencatat 22 kemenangan di seluruh kompetisi antara kurun 16 September 2014 dan 20 Desember.
Selain sukses itu, selama dua musim menangani Madrid, tentu saja hasil di peringkat kedua klasemen La Liga bukan hasil menggembirakan. Hasil di liga domestik manakala berhadapan dengan Barcelonda dan Atletico Madrid tentu jauh dari rapor positif.
Ancelotti gagal mengalahkan Atletico di ajang La Liga. Di pertemuan kali pertama melawan pasukan asuhan pelatih Diego Simeone, klub itu justru mengalami kekalahan 0-1 di kandang pada September 2014.
Dalam delapan kali pertemuan dengan tim-tim itu, justru skuat Si Putih hanya menang sekali saja. Ketika menghadapi Atletico, toh Madrid menelan dua kali kekalahan, masing-masing 2-1 dan 4-0.
Pelatih berusia 55 tahun itu mengalami tekanan tidak ringan dalam mengarungi masa kepelatihan di Real Madrid, terlebih soal penerapan taktik penguasaan bola yang telah begitu mendarahdaging di klub itu.
Di bawah arahan Ancelotti, posisi Luka Modric difungsikan sebagai metronom di lini tengan, sementara Ange Di Maria kembali menempati posisi gelandang. Dengan begitu Gareth Bale bersama dengan Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema lebih berkonsentrasi di lini serang.
Berbekal racikan itu, penampilan Madrid kian moncer. Mereka mampu menguasai tempo permainan dan mengembangkan kecepatan.
Sikap Ancelotti yang tenang banyak membantu keutuhan dan kekompakan tim. Ini yang membuat sejumlah fan dan beberapa pemain bersuara mendukung dia agar bertahan di Madrid, sebagaimana dikutip dari laman UEFA.
Penerjemah: AA Ariwibowo