Jakarta (Antara Babel) - Berbicara mengenai parkinson tidak bisa lepas
dari penyakit yang diderita petinju legendaris dunia Muhammad Ali.
Ali menderita parkinson ketika berumur 42 tahun. Penyebab utamanya
karena otaknya mengalami cedera akibat pukulan berulang yang ditujukan
ke kepala.
Sekarang, penyakit degeneratif yang menyerang otak tersebut diderita oleh penderita berusia lebih muda lagi yakni 30 tahunan.
"Pasien yang saya tangani ada yang berumur 30 tahun dan juga 32
tahun," ujar ahli penyakit syaraf dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk,
dr Made Agus M. Inggas SpBS, di Jakarta, Senin.
Parkinson sendiri adalah penyakit gangguan susunan syaraf. Penyakit
tersebut terjadi karena otak kekurangan zat dopamin. Dopamin penting
untuk mengantarkan sinyal berupa impuls listrik di sepanjang jalur
syaraf motorik yang bertujuan menggerakkan otot-otot pada tubuh.
Gejala parkinson akan muncul saat 60 hingga 80 persen sel otak penghasil dopamin berkurang fungsinya.
Terdapat empat gejala utama dari parkinson yakni gemetar (tremor)
saat istirahat, kekakuan gerak sendi saat bergerak, ketidakseimbangan
postur tubuh, dan gerak menjadi lambat.
"Akan tetapi ada juga yang tidak menyadari gejala tersebut dan
tiba-tiba saja diberi Tuhan penyakit itu (parkinson)," jelas dokter Made
Agus Inggas.
Pada beberapa pasien, ada yang mengalami tanda-tanda yang tak lazim
seperti hilangnya indera penciuman, sulit tidur, susah buang air besar,
kurangnya ekspresi wajah, nyeri pada leher, lambat saat menulis,
perubahan suara, lengan tidak berayun bebas, berkeringat, dan perubahan
suara dan suasana hati.
"Ada juga yang mengalami gejala yakni gerakannya sulit dikontrol".
Terdapat lima tahap perkembangan penyakit tersebut yakni gejala
unilateral, gejala bilateral, kemudian jarang jatuh, cenderung jatuh,
dan pada tahap akut hanya bisa berbaring atau duduk di kursi roda.
"Ada beberapa hal yang menjadi penyebab ini. Salah satunya adalah
gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol hingga
makanan yang tidak sehat."katanya.
Penyebab lainnya adalah faktor genetik, lingkungan maupun penuaan
karena semakin tua, jumlah dopamin akan semakin berkurang. Jika dopamin
berkurang hingga 80 persen maka akan muncul gejal parkinson.
Hingga saat ini, penyakit parkinson belum bisa disembuhkan, tetapi
gejalanya dapat diatasi dengan pemberian obat levodopa atau golongan
obat parkinson lainnya, berolah raga, operasi, dan fisioterapi.
Selain itu, belum ada metode yang tepat untuk mencegah penyakit
tersebut seperti layaknya bermain sudoku atau teka-teki silang untuk
mencegah alzheimer.
Penyakit itu menyerang sekitar satu dari 250 orang berusia di atas
40 tahun. Belakangan prevalensinya meningkat menjadi satu dari 100 orang
pada usia di atas 65 tahun.Laki-laki 1,5 kali lebih berisiko terkena
parkinson dibanding wanita. Saat ini jumlah pasien parkinson akan
meningkat menjadi 6,17 juta orang pada 2030.
Operasi stimulasi
Parkinson sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Penyakit
tersebut membuat penderita menjadi susah bergerak, seperti berjalan dan
menulis, sehingga tidak bisa beraktivitas.
Penderita harus terus didampingi oleh keluarga ataupun perawat.
Penyakit tersebut membuat penderita menjadi ketergantungan dengan orang
lain. Bahkan tak jarang banyak pasien parkinson yang putus asa.
Sayangnya, pemahaman masyarakat mengenai parkinson masih rendah yang mengakibatkan lambannya penanganan pasien parkinson.
"Masyarakat harus jeli melihat tanda-tanda parkinson. Begitu ada
tanda-tandanya segera bawa ke rumah sakit dan beri perhatian lebih pada
pasien," imbuh dia.
Dokter Spesialis Bedah Syaraf dari RS Siloam Hospitals Kebon
Jeruk,Jakarta Frandy Susatia, mengatakan metode terbaru untuk
mengurangi gejala parkinson adalah operasi stimulasi otak dalam (DBS).
Metode tersebut digunakan jika konsumsi obat selama minimal lima
tahun tidak menunjukkan hasil positif dan menimbulkan efek samping yang
berat pada pasien parkinson.
Pasien parkinson harus terus-menerus minum obat, namun konsumsi obat
dalam jangka waktu panjang dapat memberikan efek samping, seperti gerak
berlebih pada bagian tubuhnya, rasa terbakar di tenggorokan, pusing,
diare, gangguan ginjal dan liver.
"Oleh karenanya diperlukan operasi. Operasi ini bertujuan untuk meransang produksi sel dopamin," kata Frandy.
Rangsangan tersebut membuat sel dopamin memproduksi dan bekerja
optimal kembali sehingga gejala penyakit parkinson dapat diatasi dan
dosis obat berkurang.
"Operasi tersebut terbukti ampuh untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat".
Tanpa operasi, pasien harus mengonsumsi obat terus menerus dengan dosis yang terus meningkat
Teknik operasi tersebut dilakukan melalui penanaman elektroda atau
chip pada area tertentu di otak bagian dalam. Elektroda atau chip
dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada
sebagai sumber arus listrik.
Tingkat keberhasilan operasi tersebut mencapai 100 persen dan mampu mengembalikan 70 hingga 100 persen produktivitas pasien.
"Tapi harus diingat, obat-obatan ataupun operasi yang dilakukan hanya
untuk mengembalikan kualitas hidup pasien menjadi normal kembali dan
bukan berarti menyembuhkan," tukas Frandy.
Berita Terkait
Polisi tangani kasus penganiayaan seorang dokter koas
14 Desember 2024 10:29
Dokter anak: antibiotik harus dikonsumsi sesuai anjuran
10 Desember 2024 17:04
Relawan dokter di Gaza alami keadaan mengerikan saat pasien tiba
10 Desember 2024 11:12
Kenali bahaya penggunaan obat antibiotik tanpa resep dokter
4 Desember 2024 17:12
Dokter: Kipas angin dan mandi malam tak sebabkan pneumonia
17 November 2024 19:23
Makanan manis punya daya tarik tinggi bagi anak
15 November 2024 09:42
Dokter lulusan Indonesia Mohammed Shabat gugur di Gaza bersama keluarganya
14 November 2024 10:56