Jakarta (ANTARA) - "Ms. Marvel" merupakan serial original terbaru Marvel Studios yang memperkenalkan Kamala Khan (Iman Vellani), seorang remaja Muslim di Amerika yang lahir dan besar di Jersey City.
Selain kegemarannya bermain video game dan menulis cerita fan-fiction, ia juga penggemar berat super hero yang sangat imajinatif terutama yang berkaitan dengan Captain Marvel.
Kamala sering merasa bahwa dirinya dianggap kurang penting oleh orang-orang di sekitarnya hingga suatu saat, ia mendapat kekuatan super layaknya para superhero yang ia idolakan.
ANTARA berkesempatan untuk menyaksikan dua episode perdana dari serial ini. Berikut adalah ulasannya.
"Ms. Marvel" bisa dibilang merupakan suguhan segar setelah pengenalan karakter dan cerita "Moon Knight" yang begitu kompleks. Bagaikan putaran 360 derajat, "Ms. Marvel" menawarkan pengalaman menonton yang lebih ringan dan menyenangkan.
Bicara soal karakter, penampilan Iman Vellani sebagai Kamala Khan, seorang remaja Muslim di Amerika, menjadi sorotan utama yang patut diacungi jempol. Tak ada yang menyangka bahwa ini adalah kali pertama Vellani muncul di layar kaca dan berakting.
Kamala, seorang gadis muda yang penuh rasa ingin tahu dan mengidolakan Avengers, membuatnya begitu mudah dicintai oleh siapa pun yang menontonnya. Kehadirannya sebagai remaja biasa dan seorang penggemar (fangirl) budaya pop, menjadikannya karakter yang cukup relatable bagi masyarakat umum.
Selain Vellani, terdapat pula Matt Lintz sebagai Bruno dan Yasmeen Fletcher sebagai Nakia. Keduanya adalah teman dekat Kamala yang senantiasa memberi dukungan kepada sang lakon utama dengan caranya masing-masing. Selain itu, ada juga Rish Shah sebagai Kamran, teman baru Kamala yang penuh misteri.
Ditambah dengan celoteh, humor, dan tingkah menggemaskan mereka, semakin membentuk dinamika hubungan persahabatan mereka kian menarik dan menggelitik.
Menonton mereka membuat audiens bernostalgia untuk saat-saat dalam hidup, terlebih waktu yang dihabiskan dengan teman-teman dekat ketika remaja.
Tak hanya dengan sahabat, Kamala juga dekat dengan keluarganya. Ada pun keluarga inti Kamala diisi oleh Zenobia Shroff sebagai Muneeba/ibu Kamala, Mohan Kapur sebagai Yusuf/ayah Kamala, Saagar Shaikh sebagai Aamir/kakak Kamala.
Keluarga Kamala adalah "pusat" dalam hidupnya. Yusuf jauh lebih terbuka untuk aspirasi kreatif putrinya, Muneeba jauh lebih konservatif dan ingin putrinya mengikuti jalan tradisional dalam hidup.
Sementara, Aamir, merupakan sosok kakak yang suportif dan lucu. Baik Kamala dan Aamir memiliki sisi "norak" di diri mereka masing-masing, dan hal itu membuat setiap adegan (scene) mereka begitu jenaka namun hangat saat disaksikan.
Latar belakang Kamala yang terlahir di keluarga dan komunitas Muslim, rasanya mampu membuat karakter ini terasa lekat oleh penonton Indonesia. Terdapat referensi dan kata-kata familier dengan penganut agama Islam, membuat serial ini langsung mendapat tempat di hati.
Bicara soal keluarga, tentu tak lepas dari nilai budaya yang terjalin ke dalam setiap aspek ceritanya.
Alih-alih hanya sekadar menjadi "bumbu" yang membedakan Kamala dengan pahlawan super Marvel Cinematic Universe lainnya, rasanya tak berlebihan jika mengatakan bahwa aspek ini ikut berperan sebagai elemen mendasar dari identitas diri yang rumit dan berkembang.
Hal tersebut pun tercermin dalam momen-momen kecil di serial. Seperti ketika Kamala dan Kamran terikat karena cinta mereka yang sama terhadap bintang Bollywood Shah Rukh Khan; atau ketika dia dan Nakia mengeluh tentang lusuhnya bagian wanita masjid mereka.
Ada pula pengetahuan yang dibagi soal insiden Pemisahan India tahun 1947, yang pada akhirnya membentuk cara pandang mereka dan orang lain; stereotip Barat akan Muslim; hingga feminisme yang coba digemakan oleh Muslimah.
"Ms. Marvel" dinahkodai oleh tim penyutradaraan yang terdiri dari Adil & Bilall, Meera Menon dan Sharmeen Obaid-Chinoy. Keempatnya memiliki visi visual dan cerita yang bisa dibilang saling melengkapi.
Karakter Kamala yang dikisahkan ceria dan kreatif pun dipancarkan dengan baik melalui visual yang cantik dan penuh warna.
Kreativitas karakter yang tak terbatas juga tercermin dalam gaya serial ini yang dilengkapi dengan sentuhan animasi khas comic book yang dijumpai di film-film seperti "The Mitchells vs. The Machines" (2021), "Spider-Man: Into the Spider-Verse" (2018), hingga film klasik "Scott Pilgrim vs. the World" (2010).
Secara keseluruhan, "Ms. Marvel" merupakan kisah pahlawan super Marvel yang berbeda, baik dari sisi karakter, kisah dan latar belakang, hingga gaya penyampaiannya di bentuk serial.
Tak hanya tentang persahabatan, keluarga, dan rasa percaya diri, "Ms. Marvel" juga dapat menjadi pengingat bahwa setiap orang memiliki kekuatan super di dalam diri mereka sendiri -- terlepas dari dari mana ia terlahir dan berasal -- bahwa kita pun bisa menjadi sama hebatnya seperti sosok yang selama ini kita idolakan.
Dan tentu saja, rasanya menyenangkan bisa memiliki figur pahlawan super yang tak jauh berbeda dari sosok yang kita lihat di depan cermin setiap hari, 'kan?
"Ms. Marvel" tayang setiap Rabu, mulai hari ini (8/6), eksklusif di Disney+ Hotstar.