Tokyo (ANTARA) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia Heri Akhmadi mengimbau warga negara Indonesia (WNI ) di Jepang untuk mencermati lingkungan sekitar terkait penemuan dua kasus cacar monyet di Tokyo, Jepang.
Menurut saya itu (cacar monyet) lebih parah akibatnya, saya kira masyarakat kita harus lebih cermat menyikapi lingkungannya, kata Dubes Heri di Tokyo, Senin.
Menurut dia, kendati penyebaran penyakit cacar monyet berbeda dengan COVID-19, namun WNI tetap diminta berhati-hati karena penyakit tersebut juga tergolong berat.
Itu lebih berat akibatnya, tetapi cara penyebarannya berbeda tidak seperti flu atau COVID-19, katanya.
Jepang mencatatkan dua kasus cacar monyet yang ditemukan di Tokyo hingga Kamis (28/7).
Kasus pertama ditemukan pada Senin (24/7) pada seseorang berusia sekitar 30 tahun setelah melancong ke satu negara di Eropa.
Selang beberapa hari kemudian, pada Kamis (28/7), kasus tersebut juga ditemukan pada seseorang di rentang usia yang sama setelah bepergian ke negara di Amerika Tengah dan Utara.
Namun, Pemerintah Metropolitan Tokyo membantah bahwa keduanya memiliki kontak erat.
Gejala yang diderita, meliputi radang mulut, sakit kepala dan nyeri otot, namun keduanya saat ini dalam kondisi stabil.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan cacar monyet global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gebreyesus merilis data bulan lalu terdapat 3.040 kasus cacar monyet dari 47 negara.
Hingga kini, wabah terus berkembang hingga mencapai 16.000 kasus dilaporkan dari 75 negara dan terdapat lima orang meninggal dunia.