Kiev (ANTARA) - Sejumlah pejabat tinggi keamanan Ukraina memerintahkan tindakan hukum terhadap tujuh pendeta senior, kata Presiden Volodymyr Zelenskiy pada Minggu, dalam aksi penindakan terhadap cabang Gereja Ortodoks yang memiliki hubungan lama dengan Moskow.
Para pendeta tersebut termasuk di antara para pemimpin Ortodoks yang diketahui bersimpati pada penggambaran Rusia atas serangannya selama 10 bulan di Ukraina.
Kremlin mengatakan mereka melindungi para penutur Bahasa Rusia dan telah mencaplok empat wilayah yang mereka sebut secara historis sebagai tanah Rusia.
"Kami melakukan segalanya untuk memastikan bahwa tidak ada ikatan yang dapat ditarik oleh negara agresor yang dapat menyebabkan masyarakat Ukraina menderita," kata Zelenskiy saat mengumumkan langkah tersebut dalam pidato videonya pada malam hari.
Berdasarkan perintah yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan Ukraina, semua aset dari ketujuh pendeta tersebut disita dan mereka dilarang melakukan berbagai aktivitas ekonomi dan hukum serta dijatuhi larangan perjalanan secara de facto.
Mayoritas warga Ukraina beragama Kristen Ortodoks dan persaingan sengit terjadi antara cabang gereja yang secara historis terkait dengan Moskow dan gereja independen yang diproklamirkan setelah kemerdekaan Ukraina dari kekuasaan Soviet pada 1991.
Gereja yang terkait dengan Moskow memutus hubungan dengan Gereja Ortodoks Rusia setelah invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Namun, banyak warga Ukraina tetap curiga dengan motif gereja tersebut.
Gereja Rusia dengan sepenuh hati mendukung invasi tersebut.
Dewan Keamanan Ukraina pada November memerintahkan penyelidikan terhadap aktivitas gereja yang terkait Moskow itu dan sedang mempertimbangkan pembuatan undang-undang untuk membatasi aktivitas mereka.
Dinas keamanan SBU Ukraina telah melakukan sejumlah penggerebekan terhadap properti milik gereja yang terkait dengan Moskow.
Sementara, pada pekan lalu mereka juga menuding seorang pendeta senior terlibat dalam aktivitas anti-Ukraina dengan mendukung kebijakan Moskow dalam sejumlah unggahan di media sosial.
Juru bicara gereja yang terkait dengan Moskow pekan lalu mengatakan bahwa mereka selalu bertindak dalam kerangka hukum Ukraina dan bahwa tidak ada dasar hukum yang membenarkan upaya untuk menekan para pengikutnya.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev menggambarkan pihak berwenang di Kiev sebagai "pemuja setan" dan "musuh Kristus dan kepercayaan Ortodoks".
Sumber: Reuters