Jakarta (ANTARA) -
“Testis tidak turun adalah suatu kelainan bawaan yang paling banyak dijumpai, angka kejadian anak lahir cukup bulan 1-4 persen kalau kurang bulan bisa meningkat 45 persen. Normalnya testis akan mengalami penurunan saat bayi di dalam kandungan di trimester satu dan masuk ke kantung kemaluan pada akhir trimester tiga,” ucapnya dalam diskusi kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Angga mengatakan ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko anak kemungkinan mengalami testis yang tidak turun. Pertama jika anak lahir prematur, selain itu jika anak lahir dengan berat badan rendah. Anak yang terlahir kembar juga memiliki risiko tinggi kejadian testis tidak turun serta ada riwayat dalam keluarga yang mengalami hal sama.
Beberapa penelitian juga mengatakan ada hubungan dengan paparan asap rokok dan konsumsi alkohol pada ibu yang sedang mengandung, yang juga dapat meningkatkan risiko terjadinya testis tidak turun.
Saat anak lahir dengan indikasi testis tidak turun, dokter yang tergabung dalam Ikatan Ahli Urologi Indonesia ini mengatakan, akan melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba, dimana testis tidak turun kemungkinan ada di daerah selangkangan dan masih dalam jalur normal penurunan seharusnya namun belum sampai ke kantung kemaluan.
Testis yang masih teraba akan dilakukan operasi terbuka atau pembedahan biasa.
“Tapi kalau misalnya tidak teraba, itu kemungkinan testisnya masih ada di dalam rongga perut. Kalau di dalam rongga perut, untuk operasinya sendiri itu memerlukan tindakan laparaskopi memasukkan alat melalui perut untuk melihat lokasi tesis di dalam perut,” katanya.
Angga juga menjelaskan dari 100 persen testis tidak teraba, kurang lebih ada 40 persen posisinya berada di rongga perut, dan 40 persen lainnya sudah masuk ke dalam selangkangan namun tidak teraba. Dan Sebagian kecil yang memang testis tidak terbentuk atau dalam kedokteran disebut testis mati.
Testis yang mati atau tidak berkembang, kata Angga, terjadi dalam kandungan karena pembuluh darahnya terpelintir sehingga testis hilang.
Hal lain lagi jika testis hanya tumbuh satu bagian, akan bertambah besar dari ukuran normal sebagai ‘kompensasi’ pada testis yang tidak terbentuk pada satu bagian lainnya.
Berefek pada fertilitas
Angga juga menjelaskan testis yang tidak turun masih bisa ditunggu sampai bayi berusia enam bulan karena masih dimungkinkan testis turun sempurna. Namun jika setelah enam bulan belum turun di kantung kemaluan, harus segera berobat ke dokter dan diturunkan testisnya sebelum usia 12 bulan atau satu tahun.
“Ternyata kalau dari kita ambil jaringan testis yang diturunkannya lebih dari usia 12 bulan atau 18 bulan, ternyata jumlah sel-sel yang menghasilkan sperma itu berkurang jumlahnya. Dan sel-sel yang menghasilkan hormon laki-laki atau testosteron juga berkurang jumlahnya,” ucap Angga.
Hal ini dapat memengaruhi kesuburannya dimasa mendatang dan jumlah sel yang menghasilkan sperma dan hormon testosteron juga berkurang. Sehingga sangat penting untuk segera ke dokter jangan sampai terlambat dalam penanganannya.
Anak dengan testis tidak turun masih bisa mempunyai anak jika dilakukan tindakan segera saat anak usia 6 bulan.
“Untuk yang anak-anak yang tidak turun satu sisi dan kemudian kita datang operasi, itu sama kemungkinan dia memiliki anak. Tapi mungkin jumlah anak yang dia milikinya lebih sedikit dibandingkan dengan yang dari awal udah normal,” tutup Angga.