Mentok, Babel (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggiatkan pemantauan untuk mencegah penularan HIV/AIDS seiring tingginya kasus yang terjadi di daerah itu.
"Meskipun mengalami sejumlah kendala dalam pengawasan ini, namun kita akan tetap lakukan agar jumlah kasus bisa dicegah jangan sampai menyebar," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat Muhammad Sapi’i Rangkuti di Mentok, Rabu.
Ia mengatakan pada tahun 2022 jumlah kasus HIV/AIDS di daerah itu sebanyak 80 orang, kemudian di tahun berikutnya mencapai 94, dan sampai saat ini tercatat sebanyak 90 orang yang tersebar di seluruh kecamatan.
"Pada 2023 jumlah 94 orang ini saat mereka pulang ke daerah asal maka kita anggap bukan lagi pasien di daerah ini, dan sampai saat ini tercatat 90 orang yang paling banyak ditemukan di Kecamatan Mentok yaitu 60 orang, sedangkan sisanya tersebar di lima kecamatan lainnya," katanya.
Ia mengatakan Dinkes Bangka Barat telah melakukan penanganan kepada seluruh pasien yang terdata mengidap HIV/AIDS secara terus menerus, sedangkan untuk warga yang belum terdeteksi masih diupayakan untuk dicari.
Selain itu, kata dia, sebagai upaya pemantauan pihaknya juga mewajibkan seluruh ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.
Pemeriksaan ibu hamil ini dilakukan untuk melindungi warga tersebut, jika terdeteksi sejak dini maka akan dilakukan penanganan khusus agar bayi yang dilahirkan tidak terinfeksi.
"Jika kita menemukan adanya warga yang terdeteksi maka akan kita lakukan penelusuran lebih jauh," katanya.
Ia mengatakan dari sebanyak 90 penderita terdapat sekitar 30 persen merupakan korban dari orang lain yang terinfeksi, atau istri yang tertular dari suami atau pasangannya, ada juga pasien yang tertular dari hubungan sesama jenis.
"Sebagian tertular dari hubungan laki-laki dengan laki-laki, untuk sesama perempuan sejauh ini belum ditemukan. Ada juga kita temukan pasien tertular dari transfusi darah," katanya.
Menurut dia, dalam penanganan dan penelusuran kasus ini kendala yang dihadapi, antara lain sulit menemukan lokasi praktik prostitusi karena saat ini praktik ini dilakukan secara tersembunyi dan ada juga yang memanfaatkan media sosial.
Selain itu, kata dia, pada pemeriksaan warung remang-remang yang dianggap rawan terjadi penularan, petugas juga mengalami kendala karena pada saat petugas datang para penghuni langsung melarikan diri.
"Berbagai kesulitan itu yang kita hadapi, namun kita akan terus mencoba melakukan pencegahan, termasuk membuka kesempatan bagi warga yang ingin secara sukarela memeriksakan diri," katanya.