"Kita sudah melakukan pemetaan titik api dan titik rawan kebakaran, untuk memudahkan dalam pencegahan serta penanggulangannya," kata Kepala BPBD Bangka Tengah Yudhi Sabara di Koba, Senin.
Dia menjelaskan, BPBD Bangka Tengah mencatat sebanyak 28 titik rawan kebakaran, dan itu selalu terjadi saat kemarau dengan suhu terlalu tinggi, namun skalanya bisa ditekan karena sudah diantisipasi sejak awal.
"Dalam kurun dua bulan ini memang terjadi peningkatan titik kebakaran hutan dan lahan karena cuaca yang cukup panas sehingga memicu munculnya titik api," ujarnya.
Yudhi menjelaskan, titik rawan kebakaran hutan dan lahan banyak ditemukan di sepanjang ruas jalan raya Terentang-Koba karena kondisi hutan bergambut yang ditumbuhi semak ilalang.
"Sebenarnya ruas jalan ini sudah kita petakan, namun kebakaran tetap saja terjadi yang terkadang dipicu dari warga yang melintas serta para pekebun yang membuka lahan dengan membakar," ujarnya.
Namun demikian, kata Yudhi, kasus Karhutla pada 2024 kemungkinan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun lalu mencapai 178 kasus dalam kurun Januari hingga Desember 2023.
"Pada 2023 itu memang kondisinya musim kemarau panjang sehingga titik kebakaran lebih banyak, dan itu tersebar pada seluruh atau enam kecamatan di kabupaten ini," ujarnya.
Ia menjelaskan pula, ada sekitar ratusan hektare hutan kosong dan kebun warga yang rusak terbakar selama musim kemarau berlangsung pada 2023.
"Pada 2024 kondisi cuaca tidak menentu, sulit diprediksi namun dalam dua bulan ini sudah terjadi musim kemarau sementara siklusnya sebenarnya belum masuk musim kemarau," ujarnya.