Jakarta (ANTARA) -
Di tengah gempuran Israel, Rumah Sakit Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas kesehatan bagi warga yang membutuhkan, namun juga sebagai pengungsian bagi mereka yang mencari perlindungan di tengah serangan tanpa jeda terhadap wilayah kantong tersebut.
Presiden Prabowo Subianto dalam pidato pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih di Gedung Nusantara, Kompleks MPR/DPR RI di Senayan, Jakarta, pada 20 Oktober lalu menegaskan bahwa pemerintah Indonesia siap mengirim bantuan kemanusiaan lebih banyak ke Jalur Gaza, termasuk melakukan evakuasi korban luka, seperti anak-anak, yang mengalami trauma dan menjadi korban perang.
Berikut sederet fakta seputar Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, khususnya di Gaza utara:
1. Didirikan pada 2011
Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Kota Bait Lahia di Gaza Utara, Jalur Gaza, Palestina, didirikan pada 2011 di atas tanah seluas 16.000 meter persegi yang diwakafkan dari pemerintah Gaza.
Pembangunan rumah sakit tersebut menelan biaya sebesar Rp126 miliar. Dinamai Rumah Sakit Indonesia karena sepenuhnya menggunakan sumbangan dari warga Indonesia yang dikumpulkan melalui organisasi kemanusiaan Indonesia, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).
Rumah Sakit Indonesia memiliki 100 tempat tidur bangsal, empat ruang operasi serta unit perawatan intensif yang dilengkapi 10 tempat tidur.
2. Jadi sasaran Israel
Pasukan zionis Israel berulang kali menjadikan rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza, termasuk milik Indonesia, sebagai target mereka. Pada 20 November 2023 militer Israel menjadikan lantai operasi Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara sebagai sasaran serangan sehingga merusak peralatan medis di rumah sakit tersebut.
Pada saat itu direktur kerumahsakitan di Gaza, Munir al-Bursh, yang berbicara dari RS Indonesia menyebutkan bahwa RS Indonesia di Jalur Gaza menjadi satu-satunya rumah sakit yang masih berfungsi di sebagian kota Gaza dan di wilayah utara Gaza.
Kemudian pada 19 Oktober 2024, Wakil Menteri Kesehatan Gaza dr. Yousef Abu Rish melaporkan bahwa pasukan zionis Israel kembali menyerang Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara dan menyerang sekelompok pengungsi yang bertahan di gerbang rumah sakit.
Pada saat itu, tentara Israel memerintahkan tiga RS di Gaza Utara yang masih aktif – salah satunya RS Indonesia – untuk segera melakukan evakuasi ke arah selatan. Mereka juga mengancam akan menghancurkan rumah sakit dan menangkap orang-orang di dalamnya apabila perintah tersebut tak diindahkan.
3. Pasang panel surya
MER-C melakukan pemasangan panel surya di Rumah Sakit Indonesia untuk mengurangi dampak krisis bahan bakar dan listrik yang masih masih berlangsung akibat agresi dan blokade Israel. Pada 8 September sebanyak 30 lembar panel surya tahap pertama dengan kapasitas 20 kV yang memback up 16 persen dari kebutuhan telah terpasang. Rencananya, pemasangan panel surya akan dilakukan dalam tiga tahap.
Menurut MER-C, sebanyak 30 panel surya yang baru dipasang sudah dapat digunakan dan difokuskan untuk kebutuhan ruang operasi dan ICU. Sebelumnya, sudah ada panel surya yang terpasang sejak sebelum perang, yang tersisa 30 persen dari total kebutuhan 130 kV yang artinya Rumah Sakit Indonesia masih membutuhkan 46 persen lagi dari kebutuhan.
4. Evakuasi
Pada 9 Oktober relawan Komite Penyelamatan Darurat Medis (MER-C) Indonesia mengikuti proses evakuasi dari Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara menuju RS Al-Ahli Arab di Kota Gaza setelah adanya perintah evakuasi dari Israel. Sesampainya di RS Al Ahli, para relawan mendapat informasi bahwa PBB akan menjemput mereka untuk melanjutkan perjalanan ke Gaza tengah dan bergabung dengan tim MER-C lainnya.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina juga mengatakan Israel memerintahkan pengosongan tenaga medis dan pasien di tiga rumah sakit di Gaza utara: yaitu RS Indonesia, RS Kamal Adwan dan RS Al Audah.