Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) KH Embay Mulya Syarief menyebut bahwa ulama yang berpikir dan bertindak moderat selalu menjadi 'kambing hitam' atau menjadi bahan yang dipersalahkan kelompok ekstremis untuk menyebarkan nilai terorisme di Indonesia.
Menurut dia, Islam sebagai agama yang moderat perlu dipahami bukan sekadar retorika dan ritual semata, namun ajarannya bermuara pada sikap humanis dan beradab, sehingga "Islam yang moderat belum tentu lebih baik dari mereka yang dicap radikal" merupakan narasi yang tidak tepat.
"Moderasi telah menjadi identitas religius nusantara sejak lama, nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan hidup berdampingan secara damai telah tertanam dalam budaya masyarakat Indonesia," kata Embay dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, kata dia, tokoh agama memiliki peran penting dalam merawat dan melestarikan nilai-nilai luhur tersebut. Ia mengatakan narasi yang menyudutkan tokoh-tokoh agama itu harus dilawan dengan integritas dan konsistensi dalam berdakwah oleh ulama.
Sebab dalam Islam, kata Embay, berdakwah bukanlah tugas yang mudah karena di samping memberikan pemahaman keagamaan kepada yang mendengar, juga sang pendakwah dituntut memiliki perilaku yang luhur agar ajakannya mudah untuk diterima.
Lebih lanjut, dia membeberkan sikap antikekerasan dalam ajaran Islam perlu diterapkan dalam keseharian umatnya, khususnya bagi para pendakwah. Selain itu, prinsip menolak kemudharatan dalam Islam menjadi pedoman penting dalam berdakwah.
"Tokoh agama harus senantiasa mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan dalam setiap ucapan dan tindakannya. Dengan demikian, ajaran agama dapat menjadi rahmat bagi semesta alam, bukan sumber perpecahan dan konflik," ujarnya.
Embay mengatakan otentisitas dan otoritas ulama juga menjadi sorotan dalam konteks melawan radikalisme.
Pada era digital, kata dia, informasi dapat dengan mudah tersebar, termasuk informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan.
Menurut dia, ulama sebagai rujukan keagamaan memiliki tanggung jawab untuk menyaring informasi dan memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat..
Pada masa kini, kata dia, tokoh agama tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai pilar keutuhan bangsa karena harus menjaga nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila, sehingga menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
Ulama sepuh itu menjelaskan moderasi beragama dalam menjalankan syariat Islam merupakan wujud nyata pengamalan Pancasila.
Dengan mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia, moderasi beragama dapat menjadi benteng pertahanan terhadap ajaran kaum ekstremis yang mengancam keutuhan bangsa.
"Islam adalah agama yang moderat dan hal itu harus bisa tercermin dari perbuatan yang toleran dan menghargai sesama manusia, terlepas apapun posisi dan status sosialnya, oleh karena itu umat Islam harus ingat bahwa pada dasarnya semua manusia di muka bumi ini adalah saudara satu keturunan dari Nabi Adam AS," ujar dia.
Berita Terkait
Ulama sufi Hisham Kabbani wafat di usia 79 tahun
5 Desember 2024 20:12
Erzaldi Rosman-Yuri Kemal doa bersama Ulama dan Kyai
28 Agustus 2024 21:11
MUI Babel sosialisasikan hasil Ijtima Ulama 2024
12 Juli 2024 14:44
PBNU: Belum ada respons pengurus terkait polemik salam lintas agama
2 Juni 2024 00:16
Ijtima Ulama MUI serukan penggunaan produk dalam negeri
1 Juni 2024 18:45
MUI dorong Pemerintah RI prakarsai bantuan militer untuk Palestina
31 Mei 2024 18:56
MUI: Ternak diberi pakan darah babi tidak boleh disertifikasi halal
31 Mei 2024 09:00