Jakarta (ANTARA) - Pada musim kedua Squid Game, sutradara Hwang Dong-hyuk menghadirkan versi masyarakat yang lebih gelap melalui transformasi radikal karakter utama, Gi-hun.
Perjalanan Gi-hun, dari seorang pria biasa yang berjuang untuk bertahan hidup hingga menjadi pejuang gigih melawan ketidakadilan sistemik, menjadi lensa kuat untuk mengeksplorasi tema perlawanan dan perubahan sosial.
"Setelah melalui banyak pengalaman traumatis di musim pertama, Gi-hun memahami bahwa tantangan yang ia dan para pemain lain hadapi bukanlah hasil dari tindakan individu semata, melainkan berasal dari cacat dalam sistem itu sendiri," ujar Hwang dalam wawancara terbaru di Seoul yang dikutip dari Yonhap, Senin.
"Dia menyadari bahwa untuk menciptakan perubahan, dia harus menantang sistem dan mereka yang berkuasa, daripada menyalahkan orang lain di tingkat yang sama dengannya," lanjutnya, membandingkan Gi-hun dengan Don Quixote yang melawan kincir angin.
"Meski tampak bodoh, mungkin kita membutuhkan seseorang seperti dia, seseorang yang cukup berani untuk menghadapi sistem. Kita terlalu sering menyalahkan satu sama lain, padahal kemarahan kita seharusnya diarahkan ke atas, bukan ke sesama atau mereka yang di bawah kita," tambahnya.
Di musim kedua, Gi-hun membuat keputusan penting setelah memenangkan permainan bertahan hidup yang brutal.
Alih-alih pergi ke Amerika Serikat dengan hadiah uangnya, ia memilih tetap tinggal di Korea, didorong oleh tujuan obsesif: menghancurkan organisasi mematikan di balik permainan itu sekali untuk selamanya.
Perjuangan Gi-hun yang tampaknya gegabah mungkin ditakdirkan untuk gagal.
“Seperti telur yang menabrak batu," ujar Hwang, menggambarkan perjuangannya mirip dengan politisi pemula yang memiliki ambisi mulia untuk merevolusi masyarakat, tetapi akhirnya kecewa dan gagal.
Namun, meskipun tampaknya sia-sia, upaya semacam itu tetap bermakna dan layak diperjuangkan, katanya.
Musim kedua serial global Netflix ini, yang dirilis pada 26 Desember, mendalami betapa sia-sianya perjuangan Gi-hun melawan sistem tersebut.
Musim ketiga, sekaligus musim terakhir yang akan tayang akhir tahun ini, akan menjadi akhir cerita Squid Game.
Menurut Hwang, narasi ini akan mencapai kedalaman ‘despair’ yang paling gelap.
"Sulit bagi saya untuk berbagi detail spesifik. Namun saya bisa katakan bahwa saya ingin mengeksplorasi akhir dari despair, di mana bahkan harapan yang paling kecil pun hancur. Ketika semua harapan padam dan hanya despair yang tersisa apa yang ada setelah itu?,” ungkapnya.
Meskipun Hwang menutup kemungkinan adanya musim keempat, ia membuka peluang untuk spin-off, yang menurutnya ide yang menarik.
Jika dikembangkan, spin-off tersebut dapat menggali apa yang terjadi selama tiga tahun antara musim pertama dan kedua, atau mengeksplorasi kisah tersembunyi saudara In-ho dan Jun-ho.
Musim ketiga, yang saat ini dalam tahap akhir produksi, akan menjadi penutup definitif untuk cerita ini dalam setiap aspek.
"Segalanya akan selesai di musim terakhir, baik dalam hal kisah karakter maupun pesan yang ingin saya sampaikan kepada penonton. Di antara tiga musim, yang terakhir adalah favorit saya. Bersiaplah untuk sesuatu yang intens. Musim ini akan menyampaikan pesan terkuat sejauh ini,” ujarnya.