Pangkalpinang (Antara Babel) - Warga Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel) memadati tempat pemakaman umum (TPU) untuk melakukan ziarah ke makam keluarganya usai melaksanakan shalat Idul Adha 1434 Hijriah, Selasa.
Di TPU Gabek Bukit Merapin dan sejumlah TPU lainnya terlihat warga berziarah untuk mendoakan anggota keluarga mereka yang sudah meninggal dunia.
Usai Shalat Idul Adha, warga memadati sejumlah TPU dan mengakibatkan lalu lintas di kawasan itu mengalami kemacetan yang cukup panjang.
Serly, seorang peziarah di TPU Bukit Merapen mengaku sudah menjadi tradisi bagi keluarga besarnya setiap lebaran datang untuk mengunjungi makam dan mendoakan orang tua dan keluarga yang telah meninggal.
"Saya tidak bisa setiap waktu berziarah ke makam orang tua dan keluarga lainnya karena saat ini saya berdomisili di luar kota dan saat inilah kesempatan untuk bisa mengunjungi dan mendoakan mereka yang telah meninggal dunia," ujarnya.
Tina, peziarah lainnya mengatakan lebaran kurang lengkap rasanya kalau tidak pergi berziarah ke makam keluarga.
"Kami datang ke sini berombongan karena di TPU ini dimakamkan kakak saya, orang tua serta ada beberapa keluarga jauh," ujarnya.
Ziarah kubur saat lebaran memberikan keberkahan tersendiri bagi para pedagang bunga dan para pembersih makam karena warga yang berziarah ramai membeli bunga untuk ditaburkan di atas makam keluarganya.
Demikian juga dengan masyarakat yang bekerja sebagai pembersih makam, banyak yang memanfaatkan tenaga mereka untuk membersihkan makam keluarganya dengan upah yang cukup besar.
Yati, seorang pedagang bunga mengatakan, dirinya berjualan bunga di pintu masuk makam karena warga yang berziarah ramai, apalagi sesaat setelah shalat penziarah meningkat tajam.
"Rata-rata para peziarah membeli bunga disini karena bisa langsung ditaburkan di atas makam yang akan diziarahinya," ujarnya.
Ia mengatakan, bunga yang dijual harganya tidak terlalu mahal, satu keranjang kecil antara Rp15.000-20.000 dan untuk keranjang besar Rp30.000.
"Saya sangat bersyukur dengan ramainya para peziarah keuntungan yang saya peroleh lumayan besar bisa untuk tambah-tambah uang belanja dan sekolah anak," ujarnya.
Kirman, seorang pembersih makam mengatakan, profesi itu sudah sejak dijalani sejak dua tahun terakhir meski sesungguhnya dirinya merupakan buruh bangunan.
"Saya tidak mematok upah yang tinggi dari membersihkan makam tergantung kerelaan para peziarah saja, terkadang saya diberi Rp30 ribu untuk satu makam dan ada beberapa peziarah yang memberikan upah Rp50 ribu bahkan lebih," ujarnya.