Merespon tekanan dari pemerintahan Eropa dan Amerika Serikat setelah serangan militan, mereka mengatakan ingin membagikan solusi teknis untuk menghapus konten teroris, komisi penelitian untuk menginformasikan usaha mereka melawan terorisme serta bekerja dengn lebih banyak pakar anti-terorisme, seperti diberitakan Reuters.
Forum Internet Global Kontra Terorisme (Global Internet Forum to Counter Terrorism) "akan menyusun, membuat struketur yang ada serta area kolaborasi antara perusahaan-perusahaan kami dan menjalin kerja sama dengan perusahaan teknologi yang lebih kecil, masyarakat sipil, akademik, pemerintah serta badan supra-nasional seperti Uni Eropa dan PBB", kata mereka dalam keterangan tertulis.
Raksasa internet itu akan memperbaiki pekerjaan teknis mereka seperti database bersama untuk membagikan sidik jari digital uang secara otomatis menentukak video atu foto berisi konten ekstrim.
Mereka juga akan mencoba teknik deteksi konten menggunakan machine learning sekaligus menetapkan "transparansi standar dalam metode pelaporan untuk menghapus konten teroris".
Awal bulan ini, Facebook terbuka terhadap usaha mereka menghapus konten terorisme untuk menjawab kritik dari politikus yang menyatakan perusahaan teknologi tidak cukup berusaha menghentikan kelompok militan menggunakan platform mereka sebagai alat propaganda dan merekrut anggota.
Googla juga telah mengumumkan tambahan kebijakan untuk mengidentifikasi dan menghapus konten teroris atau kekerasan dalam platform berbagi video YouTube.
Twitter menangguhkan 376.890 akun terkait kekerasan yang mempromosikan terorisme pada pertengahan kedua 2016 dan akan memberikan informasi terbaru mengenai melawan konten ekstrim di platform mereka dalam Laporan Transparansi mendatang.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas