New York (Antara Babel) - Harga minyak dunia naik pada Senin (Selasa pagi WIB), setelah
pengunjuk rasa bersenjata di Libya menolak untuk menghentikan penutupan
terminal-terminal minyak utama di bagian timur negara itu yang telah
berlangsung selama berbulan-bulan.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate
(WTI) untuk pengiriman Januari naik 88 sen menjadi ditutup pada 97,48
dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman
Januari melonjak 1,64 dolar AS menjadi menetap di 110,47 dolar AS per
barel di perdagangan London.
"Cerita besar adalah tentang produksi minyak Libya yang masih
hilang di pasar," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates. "Itu
jelas mendukung kedua harga, baik Brent maupun WTI."
Ibrahim Jodhrane, kepala penjaga keamanan yang memblokade
terminal-terminal minyak di Libya Timur pada Minggu mengatakan kepada
penyiar Al-Nabaa bahwa pemerintah belum memenuhi persyaratan untuk
penghentian blokade.
Pada Juli, suku Al-Magharba meluncurkan blokade pada
terminal-terminal minyak di Zueitina, Ras Lanouf dan Al-Sedra. Blokade
ini terkait dengan upaya untuk memperoleh otonomi pendapatan minyak dan
politik untuk Cyrenaica, bagian timur negara Libya yang kaya minyak.
Pekan lalu, kelompok itu mengatakan mereka diharapkan membuka kembali terminal-terminal pada Minggu (15/12).
Namun negosiasi terbaru gagal "hanya memperkuat pandangan kami
bahwa produksi minyak Libya akan kesulitan untuk melebihi 800.000 barel
per hari pada 2014," kata sebuah Laporan Morgan Stanley.
"Menyelesaikan perselisihan yang mendalam kemungkinan akan
membutuhkan perubahan material pada tingkat federal, dan ancaman oleh
pemerintah untuk menggunakan kekerasan hanya berisiko memperburuk
situasi."
Libya pada Oktober menghasilkan 0,45 juta barel minyak per hari,
jauh di bawah kapasitasnya 1,4 juta barel, menurut Badan Energi
Internasional (IEA).
Juga pada Senin, Badan Informasi Energi AS memproyeksikan produksi
minyak AS pada 2016 akan mencapai 9,5 juta barel per hari, mendekati
rekor tertinggi sepanjang masa. Perkiraan terbaru itu menggarisbawahi
meningkatnya "booming" minyak serpih (shale) di AS.
Lipow mengatakan laporan EIA terbaru tidak mempengaruhi harga.
Tetapi perkiraan EIA "memberikan kontribusi terhadap perdebatan
meningkatkan produksi minyak di AS dan apakah kami akan mengekspor
minyak mentah di waktu mendatang," katanya seperti dilansir AFP.