Jakarta (Antaranews Babel) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memaparkan skema bagi hasil sektor minyak dan gas atau "gross split" di forum energi antara Indonesia dan Norwegia.
Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Norwegia melaksanakan Indonesia-Norway Energy Workshop sebagai upaya peningkatan kerja sama sektor energi antara Indonesia dan Norwegia, kata Arcandra Tahar di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan bahwa kerja sama ini menandai semakin menguatnya hubungan di sektor energi antara Indonesia dan Norwegia melalui kerja sama antara Kementerian ESDM dan Kedutaan Besar Norwegia di Jakarta.
Arcandra manyampaikan bahwa Indonesia berada dalam pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pergeseran paradigma dari energi sebagai komoditas menjadi energi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi harus diikuti oleh reformasi di industri minyak dan gas bumi (migas).
"Kami bekerja keras untuk menarik lebih banyak investor untuk bekerja sama dengan kami untuk mengeksplorasi, meningkatkan produksi, serta mengembangkan infrastruktur energi. Kita perlu menjamin bahwa di masa depan, masih akan memiliki kesempatan untuk menikmati apa yang kita miliki saat ini atau bahkan lebih baik," kata Arcandra.
Ia juga menjelaskan perlu memastikan minyak dan gas dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan membuka investasi baru.
"Saya sampaikan bahwa kami telah menyederhanakan peraturan migas dari 104 menjadi 6. Di sisi hulu, kami telah merevisi skema Cost Recovery menjadi skema Gross Split," kata Arcandra.
Arcandra menjelaskan, pergeseran dari skema Cost Recovery ke skema Gross Split menawarkan kepastian, penyederhanaan dan efisiensi. Gross Split menawarkan kepastian bisnis kepada investor karena parameter dalam split lebih transparan dan terukur.
Parameter ini didasarkan pada karakteristik lapangan dan kompleksitas dalam pengembangan dan produksi. Skema Gross Split didasarkan pada 13 komponen termasuk 10 komponen variabel dan 3 komponen progresif. Di antara komponen-komponen ini adalah lokasi lapangan, baik darat atau lepas pantai, kedalaman, serta infrastruktur yang ada.
"Pada 2014 dan 2015, tidak satupun wilayah kerja yang ditawarkan diambil. Pada 2017, 5 dari 10 wilayah kerja diambil. Minggu lalu, telah ditandatangani implementasi skema Gross Split dalam penandatanganan kontrak wilayah kerja Andaman I dan Andaman II sebagai wilayah kerja lepas pantai," terang Arcandra.
Workshop pada hari ini mengagendakan dua sektor, yaitu migas dan energi baru terbarukan. Workshop di sektor migas mengangkat tema "Deepwater Development: Commercial and Technology Challenges". Workshop akan membahas berbagai tantangan di sisi komersial dan tantangan dalam mengembangkan lapangan laut dalam Indonesia, mengingat bahwa sektor hulu migas Indonesia memiliki potensi yang signifikan.
Sementara workshop energi terbarukan dilaksanakan dengan latarbelakang bahwa Indonesia memiliki target bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025.
Norwegia merupakan salah satu produsen solar grade silicon dan silicon solar cells terbesar di dunia. Diharapkan, acara ini menjadi momen untuk mendorong perusahaan Norwegia bertemu dengan pelaku industri energi terbarukan di Indonesia untuk mencari peluang kerja sama dalam proyek nyata pengembangan energi bersih.