London (Antaranews Babel/Reuters) - Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan, dia memberikan wewenang kepada pasukan Inggris untuk menembakkan peluru kendali jelajah udara presisi di Suriah untuk menurunkan kemampuan senjata kimia negara itu, dan menegaskan tidak ada pilihan selain tindakan militer, Sabtu.
Empat jet "Royal Air Force Tornado" yang menggunakan rudal "Storm Shadow" telah ambil bagian dalam serangan terhadap sebuah fasilitas militer dekat Homs, di mana pihaknya menilai Suriah telah menimbun bahan kimia di sana, menurut Departemen Pertahanan Inggris (MoD).
Serangan, yang dilakukan dengan Amerika Serikat dan Prancis merupakan serangan "terbatas dan ditargetkan," yang dirancang untuk meminimalkan korban sipil, kata May. MoD mengatakan indikasi awal adalah bahwa senjata presisi dan perencanaan target yang teliti telah "menghasilkan serangan yang sukses."
"Ini bukan tentang campur tangan dalam perang saudara. Ini bukan tentang perubahan rezim," demikian May dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan serangan tersebut merupakan tanggapan terhadap bukti signifikan, termasuk bukti intelijen yang menunjukkan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas serangan yang menggunakan senjata kimia di Douma, Suriah Sabtu lalu, yang menewaskan hingga 75 orang termasuk anak-anak.
May menambahkan, Inggris dan sekutunya telah berusaha menggunakan setiap sarana diplomatik untuk menghentikan penggunaan senjata kimia, tetapi telah berulang kali digagalkan, menyebut veto Rusia dari penyelidikan independen terhadap serangan Douma di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan ini.
"Jadi, tidak ada pilihan praktis untuk penggunaan kekuatan demi menurunkan dan menghalangi penggunaan senjata kimia oleh Rezim Suriah," katanya.
Serangan misil Barat menunjukkan langkah puncak mereka dari perang saudara Suriah, yang dimulai pada Maret 2011 sebagai pemberontakan anti-Assad, tetapi sekarang menjadi konflik proksi yang melibatkan sejumlah kekuatan dunia dan regional dan kelompok-kelompok pemberontak yang tak terhitung jumlahnya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan dia siap untuk mempertahankan responnya hingga pemerintah Assad menghentikan penggunaan senjata kimia.
Rusia, yang ikut campur dalam perang pada 2015 untuk mendukung Assad, membantah ada serangan kimia dan menuduh Inggris membantu melancarkan insiden Douma untuk memicu histeria anti-Rusia.