Pangkalpinang (Antaranews Babel) - Belum genap seminggu tragedi penerbangan Lion Air JT 610 meninggalkan duka yang mendalam bagi masyarakat, khususnya keluarga dan teman dekat korban yang menumpang pesawat nahas tersebut.
Pesawat Lion Air dengan tujuan Jakarta-Pangkalpinang pada Senin (29/10) hilang kontak sekitar pukul 06.33 WIB dan jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Duka yang dirasakan keluarga, sahabat, dan teman dekat sangatlah dalam. Bagaimana tidak? Sebagian besar penumpang pesawat itu warga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Terkait dengan tragedi penerbangan pagi itu, masyarakat dan instansi pemerintah daerah setempat menggelar shalat gaib, doa, tahlilan, zikir bersama untuk mendoakan para jenazah yang masih dicari di Perairan Tanjung Karawang.
Kepala daerah provinsi, kabupaten/kota juga menginstruksikan masyarakat dan berbagai instansi menaikkan bendera setengah tiang, sebagai bentuk penghargaan dan ungkapan duka cita kepada korban pesawat nahas itu.
Dari beberapa nama korban yang tercantum di manifes, tercatat nama-nama para pejabat pemerintahan, hakim, anggota DPRD, dan pejabat di lingkungan perusahaan BUMN.
Berdasarkan informasi yang diperoleh ada 21 pejabat dan pegawai di Kementerian Keuangan, yaitu 12 pegawai Direktorat Jenderal Pajak, enam pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan tiga pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Selain itu, enam aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel, enam anggota DPRD Babel, dua staf Sekretariat DPRD Kepulauan Babel, empat pejabat PT Timah (Tbk), Kepala PT Jasa Raharja Cabang Babel, hakim Pengadilan Agama, dan hakim Pengadilan Tinggi.
Kepala Basarnas Provinsi Kepulauan Babel Danang Priandoko mengatakan hingga Sabtu (3/11) siang pihaknya belum menerima pembaruan data terkait dengan identifikasi korban kecelakaan pesawat Lion Air, yang berasal dari provinsi itu.
Berdasarkan catatan, Jasa Raharja dan pihak Lion Air sudah mengindentifikasi data penumpang pesawat nahas berasal dari Babel. Namun demikian, pasti sampai sekarang belum ada korban asal Babel teridentifikasi jenazahnya. Memang ada informasi satu korban sudah teridentifikasi namun itu berasal dari Sumatera Selatan.
Pesawat Lion Air JT 610 yang nahas itu tipe B737-Max 8. Sesuai manifes, pesawat mengangkut ratusan penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak, dan dua penumpang bayi. Dalam penerbangan itu, ada tiga pramugari sedang pelatihan dan satu teknisi.
Kapten pilot Bhavye Suneje yang membawa pesawat itu memiliki lebih dari 6.000 jam terbang, sedangkan co-pilot Harvino telah mempunyai lebih dari 5.000 jam terbang.
Selain kapten pilot dan co-pilot, ada enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul, Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula.
Pelaksana Tugas Kepala PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Provinsi Kepulauan Babel Agus Doto Pitono mengatakan sudah mengidentifikasi data 56 korban pesawat tersebut.
Untuk mengoptimalkan identifikasi data, Jasa Raharja membentuk dan menerjunkan tujuh tim yang bertugas mendatangi rumah keluarga korban. Mereka mencocokkan data keluarga dengan jenazah korban yang sudah berhasil dievakuasi.
Sebanyak tujuh tim pendataan itu, disebar ke Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Belitung, Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang untuk mendatangi rumah korban pesawat tersebut.
Jasa Raharja juga membentuk posko di Bandara Depati Amir untuk memudahkan pendataan keluarga korban.
"Kita berupaya secepat mungkin untuk melengkapi persyaratan penyaluran santunan kepada ahli waris korban," kata dia.
Besaran santunan yang diberikan kepada ahli waris korban sesuai perundang-udangan. Santunan untuk korban meninggal RP50 juta dan luka-luka serta cacat, masing-masing Rp25 juta per ahli waris korban.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan meminta masyarakat tidak menyebarkan informasi bohong terkait dengan evakuasi dan identifikasi korban pesawat Lion Air 610, karena menambah duka keluarga penumpang.
"Dalam suasana duka seperti ini, masih ada orang-orang yang menyebar berita-berita tidak benar," katanya.
Diharapkan masyarakat untuk melakukan cek silang ketika menerima informasi yang kebenarannya masih diragukan. Masyarakat diharapkan tabayun atau mengecek kebenaran berita tersebut.
"Jangan terus merasa berkeinginan orang pertama menyampaikan informasi yang belum diketahui kebenarannya," ujar dia.
Misalnya, kata Erzaldi, informasi yang menyebutkan satu penumpang yang menjadi korban teridentifikasi.
"Kita menanyakan kebenaran berita tersebut, ternyata belum ada penumpang korban pesawat tersebut teridentifikasi identitasnya dan informasi ini sangat menyesatkan dan mengganggu psikis keluarga korban," kata dia.
Berita hoaks memperkeruh suasana duka yang dialami keluarga korban pesawat nahas itu.
"Jangan mengganggap enteng berita menyebarluaskan berita tidak benar ini. Jangan menempatkan diri kita sebagai pembaca tetapi coba menempatkan diri sebagai keluarga korban," katanya.
Masyarakat diminta bijaksana dalam menyebarluaskan berita-berita dengan menggunakan produk kemajuan teknologi.
Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Babel Didit Srigusjaya sepakat bahwa PT Jasa Raharja dan Basarnas sebagai sumber informasi terkait dengan jumlah korban serta pemulangan jenazah korban pesawat Lion Air 610.
"Kita sudah sepakat dua instansi ini sebagai sumber informasi, guna meluruskan simpang siurnya berita jumlah dan pemulangan jenazah korban pesawat naas ini," katanya.
Informasi jumlah dan kepulangan jenazah korban Lion Air JT 610 masih simpang siur. Bila kabar tentang hal itu belum ada kepastian namun sudah tersebar luas melalui media sosial, bisa membingungkan masyarakat luas, terutama keluarga korban, dan dapat menimbulkan masalah baru.
Oleh karena itu, DPRD dengan Tim Posko Crisis Center sepakat bahwa informasi tentang jumlah korban yang berasal dari Provinsi Kepulauan Babel ditangani Jasa Raharja.
Informasi terkait dengan persiapan dan pemulangan jenazah korban ditangani Basarnas Provinsi Kepulauan Babel.
"Hingga saat ini kita belum mengetahui secara pasti jumlah warga daerah ini menjadi korban dan kapan jenazah akan dipulangkan ke daerah ini," ujarnya.
Persiapan
Tim gabungan Posko Crisis Center di Bandara Depati Amir Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar geladi bersih persiapan pemulangan jenazah korban.
Hal itu untuk mengantisipasi kedatangan jenazah korban yang sudah diidentifikasi oleh tim di Jakarta.
Kepala Basarnas Provinsi Kepulauan Babel Danang Priandoko mengatakan tim pusat krisis di Bandara Depati Amis Pangkalpinang melakukan persiapan dan survei lokasi pemulangan jenazah dengan melibatkan tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, Tagana, dan instansi terkait lain.
Hingga saat ini, persiapan penyambutan kedatangan jenazah korban di daerah itu, disebutnya sudah 100 persen.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Babel K.A. Tajuddin menambahkan 12 ambulans disiapkan untuk membawa jenazah korban pesawat Lion Air dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang ke rumah duka yang tersebar di beberapa kabupaten.
Dengan adanya penambahan itu, maka ambulans yang disiagakan menjadi 92 unit.
Pihaknya juga menyiapkan dua bus untuk membawa keluarga-keluarga yang menjemput jenazah anggota.
"Meski keluarga korban membawa mobil pribadi, namun kita tetap menyiagakan bus untuk mengantisipasi kedatangan sanak famili penumpang pesawat nahas ini di bandara," katanya.
Masing-masing ambulans dilengkapi sopir, tim medis, personel Basarnas, PMI, TNI, Polri, dan pihak terkait lainnya.
"Ini mengantisipasi apabila ada pengiriman jenazah korban. Jangan sampai kebingungan saat membawa jenazah korban di daerah ini," ujarnya.
Psikolog dari Himpunan Psikolog Seluruh Indonesia (Himpsi) Sumsel-Babel Silmika Wijayanti mengatakan pihaknya?menambah 50 psikolog guna mendampingi dan memotivasi keluarga korban agar bisa menghadapi musibah tersebut.
"Biasanya pada saat kedatangan jenazah korban pesawat ini, emosi keluarga semakin tidak stabil," katanya.
Saat ini, jumlah psikolog yang disiagakan di posko 20 orang berasal dari Himpsi Sumsel-Babel 15 orang dan Polda Kepulauan Babel lima orang.
"Hingga saat ini kita sudah mendampingi 21 orang keluarga korban dan rata-rata mengalami `shock` yang cukup berat," katanya.