Muntok, Babel (Antaranews Babel) - Warga keturunan Tionghoa di Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyiapkan aneka jenis kue khas yang akan dihidangkan saat "lebaran Cin".
"Berbagai kue khas akan itu akan dihidangkan kepada setiap tamu yang berkunjung ke rumah saat perayaan Imlek," kata pegiat sejarah Tionghoa Bangka, Suwito Wu di Muntok, Minggu.
Menurut dia, saat perayaan tahun baru Imlek para warga di daerah itu memiliki budaya untuk saling kunjung antarkeluarga, seperti layaknya lebaran Melayu.
"Budaya saling kunjung antarwarga pada saat Imlek diperkirakan mengadopsi budaya lokal, sehingga perayaan Imlek disebut juga dengan 'lebaran Cin'," katanya.
Kunjungan dari rumah ke rumah tidak hanya internal sesama warga keturunan Tionghoa, namun juga melibatkan warga nonketurunan Tionghoa yang mengunjungi rumah keluarga yang merayakan Imlek.
Pada saat itulah berbagai kue dan makanan kecil dihidangkan di atas meja untuk menjamu para tamu yang datang, antara lain aneka kue satu atau "luk thew ko", kue kering berbahan baku kacang hijau dan gula yang memiliki makna kesatuan dan utuh antara kerabat serta keluarga.
Selain itu, kue rentak, sebuah kue kering yang biasanya berbentuk bulan sabit atau bunga berbahan gula aren dan sagu dengan taburan wijen di atasnya, ada juga kue sempret atau 'tun pan', kue semprong atau disebut 'fothung' yang berarti alat peniup tungku.
Selanjutnya, kue khas Tionghoa Bangka yaitu kue tar 'bonglipan', berisi nanas, nanas dalam kepercayaan warga Tionghoa melambangkan kesejahteraan.
"Berbagai kue kering itu juga tidak lepas dari sentuhan budaya Melayu Bangka karena saat lebaran Melayu sajian kue keringnya juga hampir serupa," katanya.